Genjot Inovasi KNIBB Untuk Menjawab Tantangan Ketahanan Pangan


Kategori : Berita SDA

07 November 2020, 15:00:00


Webinar KNIBB

Foto : Webinar KNIBB


Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus berupaya menyelesaikan dan menambah jumlah bendungan di Indonesia. Hal tersebut untuk mendukung ketahanan air dan menjawab tantangan pembangunan nasional di masa mendatang. Hal tersebut diucapkan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat membuka Webinar Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNIBB) dengan tema KEtahanan Bendungan di Tengah Potensi Berbagai Krisis pada Jumat (6/11) lalu.


“Kita sangat memerlukan inovasi perencanaan bendungan, maka di era pandemi ini ada hikmahnya, bahwa kita orang bendungan punya banyak waktu untuk memikirkan inovasi, khususnya dalam hal arsitektur bendungan yang sesuai dengan perkembangan zaman,” ujar Menteri Basuki.

Kementerian PUPR sendiri telah berperan menambah jumlah bendungan di Indonesia, dari 203 bendungan pada 2014 menjadi 218 bendungan pada 2019, dan rencana bertambah lagi menjadi 222 bendungan hingga akhir 2020. Jumlah itu akan terus bertambah seiring penyelesaian 42 bendungan yang masih berjalan sejak 3 tahun terakhir. Lebih lanjut Basuki menekankan pemerintah mendukung peran Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNI-BB) dalam menciptakan inovasi perencanaan bendungan.


Saat ini, bendungan yang ada pada umumnya adalah bendungan tipe urugan yang dibangun sebelum 1977, dengan desain konstruksi bendungan yang masih menggunakan metode konvensional. Untuk itu dibutuhkan pengelolaan bendungan dengan perencanaan berbasis inovasi. Maka melalui Webinar ini, KNIBB menggelar pertemuan Webinar yang dihadiri oleh lebih dari 800 peserta dari berbagai kalangan seperti pemerintah, swasta, maupun akademisi. Pertemuan ini membahas rencana inovasi, operasi, pemeliharaan dan pemantauan performa bendungan. Serta pertemuan tahunan dalam membahas keberlangsungsan organisasi KNIBB itu sendiri.

Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), Charisal Akdian Manu, saat mewakili Dirjen SDA dalam sambutannya mengatakan per 1 November 2020 dari total 61 bendungan tersebut 15 diantaranya telah selesai dan 46 lainnya dalam masa pelaksanaan konstruksi. Sementara terdapat 18 potensi bendungan baru yang akan dibangun pada kurun waktu 2020-2024.

 “Tujuan dari penambahan pembangunan bendungan-bendungan tersebut adalah untuk mengurangi kekritisan air, meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatkan ketahanan energi,” ujar Sekretaris Ditjen SDA. Dalam mengurangi kekritisan air, pada kondisi existing sebelum adanya pembangunan 61 bendungan, air baku yang dilayani dari waduk sebesar 169,60 m3/detik. Dengan selesainya konstruksi 15 bendungan, air baku yang dapat dilayani oleh waduk menjadi 175,94 m3/detik, dan jika 61 bendungan sudah terbangun maka akan menjadi 221,78 m3/detik. Sementara untuk meningkatkan ketahanan pangan, dengan total luas area irigasi di Indonesia sebesar 7.145.168 ha, pada kondisi eksisting sebelum adanya program pembangunan 61 bendungan hanya terdapat 10,66 persen (761.542 ha) di mana sumber airnya dari waduk.


Maka dengan selesainya konstruksi 15 bendungan, luas area irigasi yang dapat dilayani oleh waduk menjadi 12,20 persen (871.641 ha), sedangkan jika 61 bendungan sudah terbangun maka akan menjadi 16,37 persen (1.169.797 ha).

Sementara itu, Ketua Umum KNIBB, Hari Suprayogi Ketua Umum KNI-BB, Hari Suprayogi mengatakan, acara digelar sebagai bentuk keseriusan pemerintah berupaya menambah pembangunan bendungan baru untuk mendukung ketahanan air dan pangan nasional dengan mendorong ketahanan bendungan di tengah potensi berbagai krisis.

“Kami fokus kepada beberapa permasalahan, seperti operasi, pemeliharaan dan pemantauan bendungan, perubahan iklim, serta inovasi desain dan performa bendungan beton,” ujar Hari didampingi oleh Kepala Balai Teknik Bendungan, Duki Malindo

Kegiatan KNIBB berlangsung selama 2 hari yakni 6 - 7 November 2020, dimana hari pertama dilaksanakan Webinar dan juga panel-panel yang dibagi untuk pemaparan beberapa makalah, sementara di hari kedua dilanjutkan dengan melakukan kunjungan lapangan secara virtual ke Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi sebagai bentuk studi banding bendungan kering sebagai salah satu inovasi yang dilakukan pada pembangunan bendungan. (kompusda/dnd/arg)
 



 

Bagikan :