JIAT: Air dari Dalam Tanah yang Menghidupkan Lahan Terisolir

Berita Balai

Balai Wilayah Sungai Sumatera I membangun sumur bor untuk JIAT di Kabupaten Aceh Utara
Balai Wilayah Sungai Sumatera I membangun sumur bor untuk JIAT di Kabupaten Aceh Utara

Tak semua lahan pertanian di Indonesia bisa menikmati aliran air dari sungai atau jaringan irigasi permukaan. Di beberapa daerah, tanah kering membentang luas, pecah-pecah menanti hujan yang tak kunjung datang. Namun, bukan berarti air tak ada—air itu ada, hanya tersembunyi jauh di bawah permukaan bumi. Di situlah harapan baru tumbuh melalui program Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) dari Kementerian Pekerjaan Umum . JIAT hadir sebagai solusi untuk mengangkat air dari dalam tanah agar bisa menghidupi lahan yang dulu terisolir.

JIAT bekerja seperti nadi yang mengalirkan kehidupan. Sistem ini memanfaatkan air tanah dalam, kemudian disalurkan ke sawah-sawah yang sebelumnya tak terjangkau irigasi permukaan. Dengan teknologi pompa yang dirancang efisien, air dari kedalaman bumi dinaikkan untuk menyuburkan lahan yang sempat mati suri. Petani yang dulu pasrah menunggu hujan kini bisa menanam dengan lebih pasti. Bagi mereka, suara mesin pompa JIAT bukan sekadar deru logam, tapi tanda bahwa kehidupan kembali hadir di ladang mereka.

Hingga tahun 2024, program JIAT telah mengairi lebih dari 1.200 hektar lahan terisolir di berbagai wilayah Indonesia. Hasilnya pun mulai terlihat nyata—produktivitas lahan kering meningkat, panen lebih stabil, dan ketergantungan terhadap musim berkurang. Air yang dulunya sulit dijangkau kini mengalir sepanjang tahun, memberi harapan baru bagi petani kecil di pedalaman. Lebih dari sekadar proyek, JIAT menjadi bukti nyata bahwa air tanah bisa menjadi sumber ketahanan pangan yang kuat bila dikelola dengan bijak.

Di wilayah kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera I, program ini terus berkembang pesat. Hingga 2024, sudah ada 98 titik JIAT yang dibangun untuk membantu masyarakat mengelola lahan kering. Tahun 2025 menjadi momentum lanjutan, dengan rencana pembangunan 16 titik baru dan rehabilitasi 27 titik lama agar sistem tetap berfungsi optimal. Setiap titik JIAT bukan sekadar bangunan pompa air, tetapi simbol kerja nyata dan komitmen menjaga keberlanjutan sumber daya air.

JIAT telah membuktikan bahwa air tak harus selalu datang dari sungai besar atau bendungan megah. Kadang, kehidupan justru bermula dari kedalaman tanah—dari sumber yang tersembunyi namun penuh potensi. Melalui langkah sederhana ini, Indonesia bergerak menuju swasembada pangan, satu tetes air tanah pada satu waktu. Karena di balik setiap pompa yang berputar, tersimpan harapan besar: menjadikan bumi yang kering kembali hijau, dan menjadikan kerja nyata air sebagai warisan untuk generasi berikutnya. (rh)

Berita

berita/f59b6ee2-2053-47c8-abe0-198fc6532750/1760585560.jpg

JIAT: Air dari Dalam Tanah yang Menghidupkan Lahan Terisolir

berita/7564a1ec-c27c-46d6-b9d6-8f2c82df034d/1760341634.jpg

Erosi Sungai Tripe Ancam Lahan Pertanian, BWS Sumatera I Tinjau Langsung Upaya Penanganan

berita/2e2202cd-78fb-4f10-8936-d5f27b7a10a2/1760341370.jpg

BWS Sumatera I Tinjau Jembatan Rerebe yang Hampir Amblas Diterjang Erosi Sungai Tripe

berita/5ddbf129-23cf-4588-b3c5-06ea5991655a/1760406850.jpg

BWS Sumatera I Gelar Pelatihan Tenaga Pendamping Masyarakat Tahap Kedua 2025

berita/503acafb-44b6-4cb4-8e55-a97b030ddb3d/1760345242.jpg

Sepuluh Desa Di Aceh Besar Terima Program Irigasi P3-TGAI Tahap Kedua 2025

berita/5657b101-17e2-41d0-aa8a-6ae7c2686c61/1760342695.jpg

P3TGAI Jadi Ujung Tombak Swasembada Pangan Pedesaan di Gayo Lues