Kementerian PUPR Gelar Workshop ke-3 World Water Forum, Bahas Masalah Kesenjangan Pembiayaan Air Berkelanjutan
Kementerian PU-PR •
Kementerian PUPR menyiapkan sejumlah skema untuk mendukung pembiayaan air yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan untuk mendukung pemerataan pemenuhan akses terhadap air bersih dan sanitasi.
“Sektor air minum dan sanitasi menghadapi berbagai tantangan pendanaan yang menghambat akses kemajuan dalam peningkatan akses dan penyediaan layanan, antara lain kekurangan dana dan ketergantungan tinggi pada anggaran nasional,” kata Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan PUPR Herry Trisaputra Zuna dalam Workshop ke-3 World Water Forum, di Yogyakarta (4/7/2023).
Menurut data PUPR, secara global, data dari 20 negara berkembang menunjukkan kesenjangan pendanaan sebesar 61 persen antara kebutuhan yang teridentifikasi untuk mencapai target air, sanitasi dan kebersihan nasional.
Skema pendanaan inovatif yang melibatkan partisipasi publik sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan global terkait air. Selama ini, penyediaan infrastruktur air terhambat oleh tingginya nilai investasi, sementara anggaran yang tersedia justru terbatas.
Melalui workshop ke-3 World Water Forum 2024, pemerintah Indonesia ingin mengajak setiap negara, organisasi, hingga institusi pendanaan untuk mengkaji tantangan dan peluang dalam mewujudkan pembiayaan air yang berkelanjutan sehingga bermanfaat bagi semua.
Diskusikan 5 Topik Penting
Sesuai dengan tujuannya, workshop yang dihadiri Senior Ahli Air dan Sanitasi Bank Dunia Irma Setiono, Direktur Perumahan dan Pemukiman Bappenas Tri Dewi Virgianti, Ahli Pembunan Perkotaan Junko Sagara, dan Direktur Operasional Water.org Don Johnston ini mengangkat tema “Secure and Increase Funding for Basic Access to Safe Water and Sanitation for All at All Scales”.
Diskusi dalam workshop tersebut terbagi dalam lima topik berkaitan dengan Sustainable Water Finance. Pertama, memperbaiki model pembiayaan air dengan mengenalkan “new economics of water”. Kedua, mempromosikan mekanisme pendanaan, pembiayaan, dan delivery yang inovatif dan berkelanjutan.
Ketiga, mengamankan dan meningkatkan pendanaan untuk akses dasar ke air bersih dan sanitasi. Keempat, skema dan insentif khusus untuk mempromosikan green finance. Terakhir, kelima, mengamankan dan meningkatkan pendanaan untuk mencegah dan mengatasi krisis dan bencana air, serta meningkatkan ketahanan iklim.
Pendekatan Berbasis Masyarakat
Pendekatan berbasis masyarakat memainkan peran penting dalam penyediaan infrastruktur air dan mengatasi tantangan terkait air. Keterlibatan masyarakat dapat memupuk rasa memiliki dan tanggung jawab sehingga menghasilkan solusi yang berkelanjutan dan tepat sasaran.
Berbicara tentang air dan sanitasi berbasis masyarakat, Senior Ahli Air dan Sanitasi Bank Dunia, Irma Setiono, mengatakan bahwa masyarakat berpeluang menjadi penyedia layanan tambahan air, terutama bagi mereka yang tinggal di area kumuh di mana sulit emperoleh layanan air formal dari pemerintah.
Sejalan dengan itu, Ahli Pembangunan Perkotaan Junko Sagara menyatakan pendekatan proyek kemitraan yang melibatkan masyarakat dalam skala kecil mampu mendorong kapasitas dan utilitas secara efektif sekaligus berkelanjutan.
“Kemitraan publik-swasta (KPS) tradisional yang berfokus pada skala besar memang memberikan dampak signifikan, namun kenyataannya, persiapan dan implementasinya sulit dan membutuhkan waktu lama. Hal ini juga membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah pusat”.
Sementara itu, Direktur Operasional Water.org Don Johnston juga menekankan pentingnya kemitraan antara wirausaha, rumah tangga, lembaga keuangan, serta pemerintah dalam mengisi kesenjangan pembiayaan infrastruktur air. Menurutnya, kesenjangan ini tidak hanya menyangkut persoalan uang.
Salah satu contoh sukses kemitraan publik-swasta berskala kecil adalah Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Sampai akhir tahun 2021, Pamsimas telah memberikan dukungan rata-rata akses air minum layak nasional sebesar 17,98%.
Menyukseskan World Water Forum
Workshop yang menjadi bagian dari Road to World Water Forum ini menghasilkan sejumlah rekomendasi berkaitan dengan pembiayaan pengelolaan air yang berkelanjutan sehingga bisa dirumuskan bersama dalam acara puncak WWF ke-10 tahun depan.
Pembahasan pendanaan terkait air dalam workshop ini menjadi langkah penting untuk menjajaki tangga menuju kesuksesan World Water Forum ke-10 yang akan berlangsung puncaknya pada 18–24 Mei 2024 di Bali.
Diskusi yang melibatkan stakeholder di berbagai skala ini diharapkan dapat mempermudah upaya mewujudkan cita-cita sekaligus tema World Water ke-10, yaitu “Water for Shared Prosperity”, di mana dunia tidak lagi mengalami kesenjangan akses air bersih.
Sumber: pu.go.id
Berita
Sidang V Tim Koordinasi Pengelola Sumber Daya Air Wilayah Sungai Aceh Meureudu 2024 Digelar di The Pade Hotel
Sidang IV Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Periode II Tahun 2024
Konsolidasi Pelayanan Publik pada BWS Sumatera I
Ciptakan Lingkungan Kerja Yang Sehat dan Produktif, BWS Sumatera I Laksanakan Tes Kesehatan Rutin
Sidang IV TKPSDA Wilayah Sungai Woyla-Bateue Periode III Tahun 2024
Rapat Tim Self Asessment River Basin Organization Performance Benchmarking (RBO PB) - River Basin Organization Pengelolaan Irigasi (RBO PI)