
Aceh - Aceh resmi memiliki dua bendungan baru yang siap untuk difungsikan, yaitu Bendungan Keureuto yang terletak di Kabupaten Aceh Utara dan Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie. Kedua bendungan ini merupakan bendungan multifungsi yang diproyeksikan dapat mendukung swasembada air, pangan dan energi bagi wilayah Aceh.
Bendungan Rukoh dibangun dengan kapasitas tampung sebesar 128 juta m³ dengan luas genangan 687 Ha. Bendungan ini sangat diperlukan untuk kebutuhan penyediaan air baku berkapasitas 900 liter per detik, melayani kebutuhan irigasi seluas 12.194 Ha untuk mendukung ketahanan pangan, juga memiliki fungsi sebagai reduksi banjir seluas 51 Ha.
Saat berkunjung ke Bendungan Rukoh beberapa waktu lalu (8/2), Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU) Diana Kusumastuti menyampaikan bahwa Rukoh memiliki fungsi lain untuk mewujudkan swasembada energi, “Rukoh sudah impounding. Dan tentunya bermanfaat tidak hanya untuk irigasi, atau air baku saja. Tetapi juga berpotensi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 137 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebesar 1,22 MW,” kata Wamen Diana.
Sedangkan untuk mendukung swasembada pangan, bendungan ini memberikan suplesi air untuk DI Baro Raya. Tambahan air dari Bendungan Rukoh ini meningkatkan Indeks Pertanaman dari 191% menjadi 300%. “Sebelum adanya Bendungan Rukoh, sudah ada bendung eksisting yang mengairi lahan pertanian, jadi ini menambah suplesi. Dari IP semula sebesar 191%, hanya mampu melayani untuk 2 musim tanam. Dengan adanya bendungan ini, IP menjadi 300% sehingga targetnya 3 musim tanam dapat terpenuhi semua,” terang Direktur Bendungan dan Danau Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Adenan Rasyid saat mendampingi kunjungan Wamen Diana ke Aceh.
Sedangkan Bendungan Keureuto memiliki kapasitas tampung sebesar 215 juta m³ dengan luas genangan 896 Ha. Bendungan ini memiliki fungsi penyediaan air baku berkapasitas 650 liter per detik bagi Kecamatan Paya Bakong, Kecamatan Tanah Luas, Kecamatan Pirak Timu, Kecamatan Matang Kuli, dan Kecamatan Lhoksukon di Kabupaten Aceh Utara.
Dalam mendukung swasembada pangan bendungan ini dapat melayani irigasi seluas 9.081 Ha. “Terkait pemanfaatan irigasi untuk mendukung swasembada pangan, mohon dapat segera dilakukan pembangunan jaringan irigasi untuk areal potensial, dan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah terkait kewenangan salurannya,” pesan Wamen Diana saat berkunjung ke Bendungan Keureuto (9/2).
Dijelaskan oleh Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I Heru Setiawan, “Untuk fungsi layanan irigasi seluas 9.081 Ha pada Keureuto terbagi menjadi luas fungsional 6.160 Ha pada DI Alue Ubay Kanan Kecamatan Paya Bakong seluas 2.743 Ha dan DI Krueng Pase Kanan Kecamatan Tanah Luas seluas 3.417 Ha. Dengan peningkatan IP semula 200% menjadi 300%.”
“Kemudian, untuk luas potensialnya yaitu 2.921 Ha dengan IP 200%, yang terbagi pada DI Alue Ubay Kanan Kecamatan Pirak Timu seluas 1.600 Ha dan DI Alue Ubay Kiri di Kecamatan Tanah Luas seluas 1.321 Ha,” ditambahkan oleh Kepala BWS Sumatera I.
Sebagai bendungan multifungsi, Keureuto juga memiliki fungsi lain, yaitu Potensi PLTS Apung berkapasitas 179 MW dan PLTA sebesar 6,3 MW, serta bermanfaat mereduksi banjir seluas 627 Ha khususnya di Kecamatan Matang Kuli, Kecamatan Lhoksukon, dan Kecamatan Tanah Luas.
Turut hadir mendampingi Wamen Diana, Pj Bupati Aceh Utara Mahyuzar, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Lilik Retno Cahyadiningsih, Direktur Jenderal Cipta Karya Dewi Chomistriana, Direktur Bendungan dan Danau Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Adenan Rasyid, Kepala BWS Sumatera I Heru Setiawan, Kepala BPJN Aceh Heri Yugiantoro, Kepala BPPW Aceh Deni Arditya, Kepala BP2JK Aceh Kamsiah Tarigan, Kepala BJKW I Aceh Indra Suhada, dan Direktur Utama PT Brantas Abipraya Sugeng Rochadi.
(Kompu SDA - kty)
- Kompu SDA