PEMBANGUNAN SALURAN SEKUNDER TARISI DI DESA PAGANDON, MAJALENGKA: WUJUD NYATA DUKUNGAN BBWS CIMANUK CISANGGARUNG TERHADAP KETAHANAN PANGAN NASIONAL
Sebagai implementasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 02 Tahun 2025 tentang Percepatan Peningkatan Ketersediaan Air Irigasi Nasional, BBWS Cimanuk Cisanggarung terus melaksanakan pembangunan infrastruktur irigasi di berbagai wilayah kerja, termasuk di Desa Pagandon, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional melalui penyediaan sistem irigasi yang handal, efisien, dan berkelanjutan. Pada wilayah Daerah Irigasi Kamun, kelompok tani penerima manfaat yaitu Kelompok Tani Patihaur, kini mulai merasakan dampak positif dari pembangunan tersebut.
Salah satu kegiatan utama yang tengah berjalan adalah pembangunan Saluran Sekunder Tarisi dengan sumber pengambilan air dari Bti. 1 Kn. Pekerjaan ini difokuskan untuk memperlancar distribusi air ke lahan pertanian, memastikan pasokan air lebih merata, dan mengurangi kehilangan air akibat kebocoran atau rembesan di saluran lama. Infrastruktur irigasi yang memadai sangat penting dalam menjaga kontinuitas pasokan air selama musim tanam, terutama di wilayah Majalengka yang memiliki luas baku sawah mencapai 42.735 hektare (BPS Kabupaten Majalengka, 2023), di mana sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor pertanian.
Manfaat pembangunan saluran sekunder ini tidak hanya berdampak pada kelancaran distribusi air, tetapi juga pada peningkatan efisiensi pengairan hingga 20–30 persen dibandingkan kondisi sebelumnya. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian PUPR, peningkatan efisiensi jaringan irigasi sekunder dapat mendorong kenaikan produktivitas hasil panen sebesar 10–15 persen per musim tanam. Dengan rata-rata produktivitas padi di Kabupaten Majalengka mencapai 6,1 ton per hektare (BPS, 2023), maka potensi peningkatan hasil panen pada lahan layanan Daerah Irigasi Kamun dapat mencapai tambahan 0,6–0,9 ton per hektare. Hal ini berarti peningkatan produksi gabah kering giling (GKG) dapat mencapai sekitar 9–13 ton untuk setiap area pelayanan 15 hektare yang dialiri saluran sekunder ini.
Lebih jauh, pembangunan infrastruktur irigasi ini juga berperan penting dalam mendukung ketahanan sosial-ekonomi masyarakat. Dengan aliran air yang stabil, para petani dapat meningkatkan intensitas tanam dari dua kali menjadi tiga kali setahun, yang secara langsung berdampak pada peningkatan pendapatan keluarga petani hingga 25–35 persen per tahun (Kementerian Pertanian, 2024). Selain itu, pengelolaan air yang efisien juga membantu adaptasi terhadap perubahan iklim dengan mengurangi risiko kekeringan di musim kemarau. Program ini menjadi wujud nyata semangat gotong royong antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan yang inklusif dan berkelanjutan.
Pelaksanaan kegiatan ini berlandaskan pada beberapa regulasi nasional, antara lain Instruksi Presiden Nomor 02 Tahun 2025 tentang Percepatan Peningkatan Ketersediaan Air Irigasi Nasional, Peraturan Menteri PUPR Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Daerah Irigasi, serta Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air. Keseluruhan regulasi ini menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat tata kelola sumber daya air berbasis efisiensi, kemandirian, dan kesejahteraan masyarakat.
Melalui kerja kolaboratif antara BBWS Cimanuk Cisanggarung, pemerintah daerah, dan kelompok tani, pembangunan Saluran Sekunder Tarisi di Desa Pagandon menjadi bukti nyata bahwa air bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga pondasi utama bagi pertanian yang tangguh dan berdaya saing. Dengan irigasi yang andal, Majalengka bergerak menuju masa depan yang lebih sejahtera dan mandiri pangan — selaras dengan semangat Inpres 02 Tahun 2025: “Air untuk Pertanian, Pertanian untuk Ketahanan Pangan Nasional.”