Ancaman Banjir dan Rob Makin Besar
12 Juni 2014
Foto : Ancaman Banjir dan Rob Makin Besar
SEMARANG-Terus meningginya elevasi Kali Banger dan Kali Tenggang sejak dua pekan ini dikhawatirkan warga akan membuat kawasan pemukiman terendam banjir. Pasalnya talut di tepi jalan Kampung Cilosari, Penjaringan maupun Sedompyong hanya setinggi 30 sentimeter saja. Dari pantauan Suara Merdeka, Rabu (11/6) pagi, aliran air di Kali Banger nampak tenang. Jembatan yang menghubungkan Kampung Cilosari dan Penjaringan pun nyaris terendam dan dipenuhi dengan sampah. Warga yang hendak melintasi jembatan itu pun harus ekstra hati-hati agar tidak terpeleset. ?Sudah dua pekan ini permukaan airnya tinggi. Posisi tertinggi bisa melebihi talut. Ketika posisi itu, air langsung masuk ke jalan dan pemukiman warga. Kita berharap, Pemerintah Kota Semarang meninggikan talut itu,? ujar warga Kampung Penjaringan, Parnyo (46). Selain peninggian bapak dua anak itu juga berharap proyek polder Kali Banger segera diselesaikan dan tidak ditunda-tunda lagi dengan alasan yang dibuatbuat. Selain Kali Banger, warga di Kampung Tenggang pun berharap, normalisasi sungai yang berhenti 10 tahun lebih segera diselesaikan. Apalagi, rob yang menjadi masalah tak hanya bagi warga di sebagian wilayah Kecamatan Semarang Timur, Gayamsari dan Semarang Utara tetapi juga yang melintas di Jalan Kaligawe. Kondisi tersebut harus segera ditangani dengan tepat dengan memfungsikan sistem drainase Kali Banger dan Kali Tenggang. Sebagaimana diketahui, sejumlah lokasi seperti Kaligawe, Gayamsari dan Kemijen (Kecamatan Semarang Timur), beberapa minggu terakhir dilanda rob dengan ketinggian mencapai 20 centimeter. Rob juga menggenangi Jalan Raya Kaligawe, yang berdampak terganggunya arus lalu lintas di jalur padat kendaraan tersebut. Selain karena posisi wilayah yang rendah, Kali Banger yang diharapkan menjadi penampung air luapan dari laut, tidak dapat berfungsi maksimal. Normalisasi ?Pemerintah harus segera mengatasi permasalahan rob. Masak tidak malu kalau Kota Semarang dinilai oleh warga luar sebagai Kota Rob dan Banjir,? imbuh Nur Amin (50) warga Kelurahan Kemijen, kemarin. Hal senada juga disampaikan Ruwandi (40) warga yang seharihari bekerja di sebuah bengkel yang ada di Kampung Tenggang. Ketika Kali Tenggang meluap, ia pun tidak dapat membuka usahanya karena air masuk hingga ruang untuk menyimpan peralatan bengkel. ?Normalisasi saya dengar sudah ada sejak belum membuka bengkel disini. Tetapi, realisasinya sampai hari ini hanya meninggikan jembatan saja. Di wilayah cekungan Jalan Raya Kaligawe yang terendam akhirnya,? ujarnya. Terpisah, Kepala Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Jawa Tengah Suharsono Adi Broto mengungkapkan ada tiga pekerjaan pembangunan Polder Banger yang dilakukan. Yakni menutup Kali Banger, membangun rumah pompa, dan kolam retensi. Untuk pembangunan kolam retensi sendiri, pihaknya mengaku masih menghadapi sejumlah kendala. ?Kami masih terkendala adanya penghuni liar dan bangunan liar di lahan yang disewa dari PT Kereta Api Indonesia, adanya pipa milik PT Pertamina yang melintas di kawasan yang hendak dibangun kolam retensi, serta rencana PT KAI yang akan merevitalisasi kawasan pergudangan di sekitar lokasi kolam retensi,? katanya. Sumber : SuaraMerdeka.Com
Bagikan :