Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

© 2024 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana.

Berita Terkini & Pengumuman

Banjir Demak Akibat Gagalnya Sistem Alur Sungai Jragung

Banjir Demak Akibat Gagalnya Sistem Alur Sungai Jragung


Beranda >> Berita Terkini & Pengumuman

  18 Maret 2015



Banjir Demak Akibat Gagalnya Sistem Alur Sungai Jragung

Foto : Banjir Demak Akibat Gagalnya Sistem Alur Sungai Jragung


Banjir yang melanda Dukuh Wangun Desa Rejosari Kecamatan Karangawen Demak pada pertengahan Januari lalu akibat Sungai Cabean yang tidak mampu menahan debit air.

Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Tengah Prasetyo Budie Yuwono ME saat melakukan tinjauan proyek Sungai Jragung di Bendung Ploso dan Guntur bersama Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Rabu (18/3) mengatakan Sungai Cabean tidak dapat menampung debit air karena sistem alur Sungai Jragung belum bisa membagi banjir secara optimal. Saat dibangun proyek Jratunseluna, harapannya dapat membagi debit air. Namun, faktanya tidak berhasil.

"Dulu dibangun Jratunseluna itu dibagi debit. Faktanya tidak berhasil. Air tidak mau belok kanan. Seharusnya belok ke arah Sungai Jragung dan Sungai Cabean adalah sudetan untuk membagi Sungai Jragung. Tapi sekarang Sungai Cabean justru menjadi sungai utama. Padahal dulu direncanakan Sungai Jragung mampu menampung 60 persen debit air dan 40 persen sisanya ditampung Sungai Cabean," paparnya.

Kegagalan Jratunseluna, terangnya, membuat tanggul sepanjang 10 km kritis. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir, sementara ini telah dilakukan upaya menutup bobolan tanggul di sebelah kiri Sungai Cabean oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana dengan konstruksi ledam bronjong dan peninggian tanggul.

Prasetyo menjelaskan perbaikan sistem alur Sungai Jragung sudah masuk dalam program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Saat ini memasuki tahap Detail Engineering Desaign (DED). Proyek rencananya mulai dikerjakan pada 2018 oleh BBWS Pemali Juwana.

"Secara konseptual penanganannya terbagi dalam tiga kegiatan. Yakni, membuat Waduk Jragung di bagian atas, menyudet Bendung Ploso untuk mengembalikan aliran ke Sungai Jragung dan melakukan normalisasi Sungai Jragung dan Sungai Cabean," katanya.

Sementara itu, Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan untuk meminimalisir banjir dirinya mengimbau agar masyarakat tidak menanam tanaman di atas tanggul. Sebab, hal itu menyebabkan tanggul menjadi gembur dan tidak mampu menahan debit air yang tinggi saat terjadi hujan lebat. Mengenai tingginya sedimentasi, Ganjar menuturkan harus dilakukan pengerukan.

"Bendung Ploso dan Guntur sedimentasinya tinggi. Mau tidak mau kita keruk. Selain sedimentasi, tumpukan sampah di Bendungan Guntur juga mengerikan. Sampah itu dari hulu. Kira-kira dari perhutani. Maka saya minta Demak dengan perhutani bicara. Kalau perlu difasilitasi pemprov," jelasnya.

Ganjar berharap dengan adanya dialog antara Pemerintah Kabupaten Demak dan Perhutani dapat menyelesaikan persoalan tumpukan sampah yang berpotensi merusak seluruh bangunan sumber daya air yang sudah dibangun.


Bagikan :

Cetak