Musim Kemarau, Banyak Embung Krisis Air
07 Juni 2015
Foto : Musim Kemarau, Banyak Embung Krisis Air
BLORA ? Musim kemarau mulai berdampak serius. Puluhan embung di Blora kini mulai krisis air. Jika ada air, stoknya sudah sangat minim. Menurun dan mengeringnya air secara drastis, tidak hanya karena sudah tidak turun hujan (kemarau), namun juga dampak dari kerusakan, dan tidak adanya perawatan. Hasil pantauan Koran Wawasan Sabtu (6/6), embung yang krisis air antara lain Embung Tambaksari, Embung Rowo, Embung Sendangsari, Embung Sonokidul, Embung Berbak Ngawen, Embung Muraharjo, Embung Kemiri, dan embung lainnya. Embung yang airnya habis dan mengering, selain dimanfaatkan warga untuk program tanam pagi walik dami (musim tanam II), juga karena minimnya perawawatan. Tanggul/plengsengan embung bodol, pecah, rusak, dan longsor serta terjadi pendangkalan yang sangat serius. ?Memang membangun itu mudah, tetapi untuk merawat eksistensi bangunan seringkali bermasalah, terabaikan, contohnya proyek embung,? tandas Djoko Supratno, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Blora yang kini kembali aktif di pertanian, Sabtu (6/6). Menurutnya, di lapangan banyak proyek embung, yang fisiknya mengalami rusak serius, longsor dan sedimen (pengdangkalan lumpur) parah, antara lain Embung Tambaksari, Embung Rowo (Karangjati), Embung Ngawen, Embung Jepon, Embung Kemiri, Embung Sonorejo, Embung Gabus dan lokasi lain. ?Silakan dicek, banyak embung yang kondisi fisiknya tidak terurus, dangkal dan rusak,? tambah Djoko Supratno. Dana Desa Sudarwanto, aktivis pemerhati linkungan dan pembangunan pertanian di Blora berkomentar sama, banyak pembangunan embung masa depannya terbengkalai, minim program perawatan, dan bahkan sama sekali tidak ada pengamanan. Sehgingga banyak embung yang airnya cepat habis. Menurutnya, tanah Blora itu bersifat forus, air cepat habis, kebetulan mulai tahun ini ada dana desa lumayan besar, desa yang ada embungnya sebaiknya sebagian untuk perawatan/pengelolaan embung. Puluhan embung dan sekitar 2.000 sumur lapang sudah dirintis sejak Bupati H Soekardi HP, Basuki Widodo (alm), Bupati Yudhi Sancoyo, dan diteruskan H Djoko Nugroho. Fungsi proyek embung sangat bermanfaat bagi warga sekitarnya. Kini sudah ada 60 embung lebih yang tersebar di desa-desa, namun semakin tahun kodisi embung terabaikan, perawatan minim dan air cepat habis, saat kemarau airnya hanya bertahan 1-2 bulan saja. Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan (Distanbunakikan) Reni Miharti membenarkan sifat tanah Blora bersifat forus, berdamampak menyebabkan air dalam embung cepat habis. Namun demikian embung-embung itu sangat membantu petani dan warga sekitarnya. ?Ada embung yang diubangun Pemkab, dan ada embung yang dibangun Pemprov dari dana APBN, maka kami akan koordinasikan untuk program perawatan rutin,? kata mantan Kepala Dinas Kehutanan setempat.
Bagikan :