Normalisasi Sungai Londo Tunggu Kajian BBWS Pemali Juana
25 Juli 2017
Foto : Normalisasi Sungai Londo Tunggu Kajian BBWS Pemali Juana
Rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus untuk melakukan normalisasi Sungai Londo di Desa Wonosoco Kecamatan Undaan masih harus menunggu kajian teknis dari pihak berwenang Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. Prinsipnya, pihak BBWS tidak keberatan dan akan mengeluarkan izin pengerukan insidentil melalui APBD murni Kabupaten Kudus 2017, sepanjang dari sisi teknis memang dimungkinkan. Hal itu diungkapkan anggota Komisi C DPRD Kudus, Edy Kurniawan dan Rochim Sutopo, usai berkoordinasi dengan Kepala BBWS Pemali Juana. ?BBWS masih menunggu tim teknis melakukan kajian di lapangan. Izin baru akan dikeluarkan setelah hasil kajian teknis tidak ada masalah,? ujar Edy, Selasa (25/7). Kajian juga terkait studi kelayakan redesign Sungai Juana tahun 2019 yang dilakukan pihak BBWS Pemali Juana. Sungai Juana merupakan bagian hilir dari Sungai Londo. ?Silahkan BBWS melakukan setudi kelayakan redesig Sungai Juana. Tetapi kaitan normalisasi Sungai Londo sangat mendesak dan tidak bisa ditunda- tunda lagi. Tujuannya untuk membuang air genangan guna menyelamatkan tanaman petani dari gagal tanam atau puso,? terangnya. Genangan banjir menjadi langganan setiap musim tanam di area pertanian di Desa Wonosoco (200 hektare), Berugenjang (20 hektare) dan Desa Lambangan Kecamatan Undaan Kudus seluas sekitar 30 hektare. Salah satu solusinya normalisasi Sungai Londo sepanjang 12 kilometer dari hulu hingga hilir, sebelum air masuk ke Sungai Juana. Pihak legislatif telah menganggarkan dana Rp 2 miliar dari APBD 2017 untuk normalisasi awal Sungai Londo sepanjang 2-3 kilometer. Kepala Desa Wonosoco Setiyo Budi menyatakan, normalisasi Sungai Londo mutlak harus dilakukan untuk menyelamatkan sawah dari genangan setiap tahunnya. "MT I lalu, petani mengalami tiga kali gagal tanam. Sedang pada MT II empat kali gagal tanam. Satu di antaranya gagal tanam palawija," terangnya. Gangguan tanam akibat genangan di desanya mulai terasa awal tahun 2000-an. Namun kondisi terparah baru terjadi beberapa tahun terakhir, karena air tidak dapat masuk ke Sungai Londo akibat terjadi pendangkalan.
Bagikan :