Pembangunan 4 Embung dan Kedaulatan Pangan di TA 2017
04 Juli 2017
Foto : Pembangunan 4 Embung dan Kedaulatan Pangan di TA 2017
Harapan Presiden Joko Widodo setiap desa menganggarkan pembangunan embung sangat penting guna mewujudkan kedaulatan pangan desa seluruh Tanah Air. Langkah secara konkret ditempuh Kementerian PUPR melalui BBWS Pemali Juana mengarahkan alokasi dana untuk membangun 4 embung (waduk mini) di Kabupaten Blora pada TA 2017. Berikut ini adalah capaian Progres Fisik pembangunan 4 Embung Status 4 Juli 2017 ; Embung Plered 54%, Embung Purwosari 50%, Embung Jiken 48%, Embung Kemiri 62% .
Salah satu tujuan membangun embung agar dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian desa. Embung diharapkan mampu menggandakan produksi pangan dari indeks pertanaman dari 1,4 kali menjadi 2?3 kali setahun.
Jumlah embung desa memang terus ditingkatkan jumlahnya. Sehingga lahan tadah hujan yang kurang produktif akan mendapat manfaat dari tambahan pembangunan embung baru ini. Desa dengan lahan pertanian non-irigasi atau tadah hujan akan bisa dimanfaatkan sepanjang tahun. Embung penopang produksi pangan baik padi, jagung, bawang, ketela pohon, kedelai, maupun komoditas pangan lain.
Embung merupakan cekungan penampung air irigasi. Asal air yang ditampung bisa dari air sungai atau hujan. Embung bisa dibangun di desa yang memiliki sungai dan tidak. Embung bisa untuk menampung air hujan saja. Embung mencegah banjir saat musim hujan dan mengatasi kekeringan saat kemarau. Embung untuk menampung air sungai atau hujan bermultifungsi.
Air hujan bisa ditampung untuk persediaan saat kemarau. Embung adalah tampungan besar yang bisa menyimpan ribuan kubik air hujan. Penggunaannya bisa diatur menyesuaikan kebutuhan dan ketersediaan air pada waktu kemarau saja. Selama hujan, persediaan air melimpah sehingga embung menjadi tabungan air.
Manfaat
Embung bisa dibangun di daerah dataran tinggi yang tidak dilalui aliran sungai. Air embung bisa berasal dari air hujan. Perbukitan yang dulu gersang bisa memiliki persediaan air. Perbukitan perdesaan yang biasanya gundul pada musim kemarau sehingga banyak tanaman mati karena kekurangan air, bisa bertahan dengan irigasi dari waduk mini tersebut.
Kedaulatan pangan desa semakin mendesak bagi masyarakat. Peran embung terkait kedaulatan pangan, terutama guna mengurangi faktor gangguan akibat kekeringan. Embung menjadi pilar dalam produksi pangan desa sehingga penduduk dekat dengan sumber makanan dan terhindar dari persoalan distribusi. Embung mendorong terciptanya swadaya pangan penduduk desa.
Waduk juga bisa mendukung intensifikasi pertanian sehingga bisa meningkatkan frekuensi panen. Ini terutama tanaman padi dari setahun sekali menjadi dua atau tiga kali setahun. Kelipatan hasil pertanian akan bisa diwujudkan para petani desa dengan ketersediaan air.
Selain itu, penampungan air juga menopang diversifikasi pertanian. Peningkatan hasil pertanian melalui variasi jenis tanaman seperti pola tumpang sari. Sawah di Jawa bahkan disela-selanya dapat diselingi tanaman untuk ternak. Peningkatan hasil ternak akan menaikkan produksi protein hewani warga desa.
Dalam embung juga dapat disebar ikan untuk usaha perikanan yang diharapkan bisa mencegah kemungkinan perkembangan jentik nyamuk. Sementara, sekitar embung juga bisa dikembangkan kolam-kolam ikan menggunakan sistem pengairan berbasis.
Embung juga menjadi objek wisata baru yang menarik baik domestik maupun mancanegara. Waduk yang dibangun indah dikelilingi taman atau kebun berbagai buah-buahan. Semua tanaman memperoleh suplai irigasi dari embung tersebut yang terletak di perbukitan pedesaan. Di situ juga terdapat panorama pemandangan yang menawan lengkap dengan udara sejuk.
Penduduk desa harus ikut mengelola dan merawat embung secara aktif bergotong-royong. Ketentuan penggunaan air dilakukan secara musyawarah warga atau kelompok tani. Kedaulatan pangan harus diupayakan mulai dari desa. Embung memiliki peran strategis dalam turut menciptakan kedaulatan pangan perdesaan. Ini bisa jadi terobosan mengatasi banjir dan kekeringan desa.
Bagikan :