Sidang Pleno III
20 November 2017
Foto : Sidang Pleno III
Sidang Pleno III TKPSDA WS Jratunseluna
Quorum dan Tepat Waktu Pelaksanaan Sidang Pleno III TKPSDA Wilayah Sungai Jratunseluna yang berlangsung selama dua hari di salah satu ruang pertemuan Hotel Grand Wahid Jalan Jendral Sudirman Nomer 2 Salatiga Kamis sampai Jum,at tanggal 24 hingga 25 Agustus lalu berlangsung cukup menarik. Karena sejumlah tema yang diangkat ke permukaan untuk dibahas pada sidang ini merupakan wacana yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Agenda sidang membahas lima hal sebagai berikut: Pertama, Perumusan hasil sidang ke II Pokja, Kedua, Prakiraan cuaca tahun 2017-2018 pada wilayah sungai Jratunseluna, Ketiga, Rancangan neraca alokasi air untuk DAS (Daerah Aliran Sungai) Serang, Tuntang dan Garang, Keempat, Kesiap-siagaan dalam menghadapi bencana kekeringan dan banjir. Kelima, Penanganan rob kota Semarang. Jumlah undangan sebanyak 41 orang, yang hadir 24 orang. Dengan demikian prosentase yang hadir 58%, sehingga persidangan dinyatakan qourum. Jenaka. Nampak hadir Arief Sujatmiko, ST,MT dari Bidang IPW (Infrastruktur Pengembangan Wilayah) Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan) Provinsi Jawa Tengah, Ir. Lukito, Sp.1 mewakili Kepala Dinas PUSDATARU (Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang) Provinsi Jawa Tengah, Balai PUSDATARU Bodri-Kuto, Balai PUSDATARU Seluna, wakil dari BBWS Pemali Juana dan perwakilan dari Bidang Perencanaan Program BBWS Pemali Juana serta anggota TKPSDA WS Jratunseluna dari institusi terkait dan NGO (Non Goverment Organizations). Bertindak sebagai Pimpinan Sidang pada paparan hari pertama, Arief Sujatmiko, ST.MT. Pemapar pertama, Dra. Heni Asih Nugrohoningrum, MM perwakilan dari Pokja I Konservasi Sumber Daya Air. Pokja ini mengangkat ke permukaan masalah kerusakan pantai Kertomulyo di wilayah Kecamatan Wedarijeksa Kabupaten Pati. Pemapar kedua dari Pokja Pendayagunaan Sumber Daya Air Sugiyanto,ST mengedepankan masalah optimalisasi sumber air wilayah Pati Selatan dan pemapar tiga, dari Pokja Pengendalian Daya Rusak Air Dodi Reksowinoto, ST mengetengahkan pokok bahasan Pengendalian Banjir Kali Juana diselingi ilustrasi berbagai kalimat jenaka. Hingga tidak terkesan monotone, sekaligus menghilangkan ketegangan berfikir saat bersama-sama membahas problematika yang sesungguhnya cukup pelik itu. Menanggapi paparan Sugiyanto, ST pengurus LSM Rembang, Djumadi, ST mengingatkan, utama kepada konsultan yang kelak menangani rencana pembangunan infrastruktur SDA di wilayah Pati selatan agar benar-benar memahami kondisi tanah di kawasan ini. Jangan sampai ada embung atau bendungan dibangun di kawasan karts. Sebab pada kawasan seperti itu, pada umumnya tanahnya berada di atas lapisan batugamping yang poreus, mudah berongga bila terkena aliran air yang memicu bangunan bocor. Diamankan. Sementara Suratmin, SE ketika menanggapi paparan Dodi Reksowinoto, ST dari Pokja Pengendalian Daya Rusak Air mengatakan, dalam menertibkan sempadan sungai, Pemerintah sekarang ini harus tegas, Begitu pula dalam menertibkan sempadan Kali Juana dan Kali Wulan. Penanganannyapun harus dilakukan secara komprehensi atau menyeluruh bukan setempat-setempat, jangan pula ada yang tebang pilih. Dikemukakan, dewasa ini sementara warga Kecamatan Mijen mengidentifikasi makin banyaknya tanah sekitar yang memiliki daya dukung nol. Akibatnya tanggul Kali Wulan selalu rentan longsor dan sulit diperbaiki. Untuk mengatasi hal itu, kemudian warga bekerja sama dengan kalangan peneliti dan sejumlah akademisi dan diketemukan hipotesis yang mengejutkan, yakni: Terdapat korelasi antara aliran limbah industri dari Kudus ketika bertemu intrusi air laut di Mijen yang berdampak pada penurunan daya dukung tanah. Atas paparan Sugiyanto, ST Ketua IP3A Pati, Sudirman meminta penegasan Dinas PUSDATARU Provinsi Jawa Tengah melalui Kepala Bidang Perencanaan Sungai Waduk dan Pantai, Ir. Lukito. Sp.1 yang hadir perihal pemanfaatan pompa air Tambakromo oleh pihak lain. Supaya tidak ada warga yang tinggal di wilayah Kecamayan Kayen dan Kecamatan Gabus bentrok, diusulkan jika pompa tersebut selama ini dinyatakan rusak agar kuncinya diamankan oleh pihak yang berkepentingan , supaya tidak disalahgunakan. Usulan itu didukung Ketua GP3A Pati, Karsono, sekaligus menghimbau agar Kali Juana segera mendapat penanganan secara pari purna. Mengingat sejak tahun 1967 baru dinormalisasi beberapa tahun lalu, itupun realisasinya belum menyeluruh, Ia juga meminta agar pemerintah, melalui BBWS Pemali Juana segera merealisasikan pembangunan Waduk Randugunting, Embung Godo, Embung Dungkurungan dan sejumlah tampungan air di wilayah Pati bagian selatan. Ini sudah lama tinggu oleh masyarakat, khususnya kalangan petani, katanya. Karena selama ini air dari Waduk Kedungombo tak pernah bisa sampai di lahan pertanian kawasan ini yang luasnya sekitar 10 ribu hektar. (Rto).
Bagikan :