Dalam rangka Gerakan Kemitraan Penyelamatan Air (GKPA) Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) melakukan koordinasi Pentahelix yang melibatkan Pemangku Kebijakan, Akademisi, Pelaku Bisnis, Komunitas dan Media.
DAS Serayu sendiri meliputi Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan bermuara di Segara Anakan Samudera Indonesia, Cilacap. Rangkaian kegiatan koordinasi diselenggarakan di Yogyakarta dan Purwokerto pada Senin (29/7/24) hingga Kamis (1/8/24).
Salah satu permasalahan yang dibahas adalah Waduk Mrica, di mana terjadi sedimentasi disertai dengan penambahan tanaman enceng gondok yang tidak terkendali pertumbuhannya. Salah satu alternatif penanganan adalah pemanfaatan sedimen akan dijadikan batu bata dan enceng gondok dapat dijadikan untuk bahan baku kerajinan padat karya yang mempunyai nilai guna ekonomi bagi masyarakat.
Koordinasi antar instansi dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) yang dipimpin Kepala BBWS Serayu Opak Gatut Bayuadji dan selaku moderator Imam B. Prasojo bersama dengan narasumber dari instansi terkait. Diskusi dan FGD yang dilaksanakan menghasilkan rencana aksi nyata jangka pendek, menengah dan panjang yang linier dari tahun 2024 hingga 2029. Berbagai rencana tersebut akan dijalankan secara kolaborasi masing-masing instansi.
“Alhamdulillah, diskusi berakhir dan beberapa langkah aksi sudah tersusun. Rencana kolaborasi kerja mulai nampak. Tinggal bagaimana konsep di atas kertas direalisir dalam kerja nyata. Saya pun menyadari, modal penyambung (bridging capital) untuk membangun koordinasi memang sangat diperlukan,” ujar Imam.
Semoga dengan dilaksanakannya kolaborasi ini dapat menjadi solusi dalam menanggulangi permasalahan yang terjadi dan tetap melestarikan DAS Serayu secara berkelanjutan. (dan/ifn)