Dalam rangka mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, Presiden Prabowo Subianto menempatkan kedaulatan pangan sebagai salah satu pilar utama dalam agenda ASTA CITA. Salah satu langkah strategis yang dijalankan Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak adalah pembangunan Sumur Bor Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) untuk mendukung produktivitas lahan tadah hujan. Pembangunan JIAT menjadi solusi nyata dalam menyediakan air irigasi berkelanjutan bagi petani di daerah yang tidak terjangkau jaringan irigasi konvensional. Di wilayah kerja BBWS Serayu Opak, JIAT telah dibangun di 20 titik yang tersebar di Kabupaten Gunungkidul, Sleman, Purworejo, dan Magelang. Melalui infrastruktur ini, ribuan hektar lahan tadah hujan kini dapat terairi sepanjang tahun, sehingga petani dapat meningkatkan intensitas tanam dari satu kali menjadi dua bahkan tiga kali dalam setahun.
Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menegaskan bahwa pembangunan JIAT merupakan langkah strategis pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. “Pembangunan JIAT membantu petani di wilayah yang sulit air untuk mengembangkan potensi areal tanam baru sekaligus menjamin ketersediaan air yang berkelanjutan,” ujarnya. Program ini juga menjadi bagian dari komitmen ‘Setahun Bekerja, Bergerak, Berdampak’, sebagai implementasi nyata dari arah kebijakan ASTA CITA Presiden Prabowo. Manfaat JIAT telah dirasakan langsung oleh masyarakat. Sri Harjani, petani di Plembutan, Gunungkidul, mengungkapkan rasa syukurnya karena kini bisa menanam padi sepanjang tahun meski bukan musim hujan. “Biarpun tidak musim hujan, kami selalu bisa menanam padi. Kami ingin seperti di Yogyakarta yang sawahnya selalu hijau,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Supono, Lurah Plembutan, yang menyebut bahwa keberadaan sumur bor telah lama diimpikan masyarakat. “Lahan kami sebagian besar tadah hujan. Setelah ada sumur bor, insyaallah lahan kami menjadi persawahan. Kalau sudah menjadi persawahan, warga kami bisa menanam padi minimal dua kali setahun,” katanya. Kini, petani di wilayah tersebut telah merasakan perubahan nyata. Dalam satu tahun, mereka bisa panen hingga tiga kali, dengan hasil yang mampu mencukupi kebutuhan pangan rumah tangga bahkan menyisakan untuk biaya pendidikan anak.
Satu unit sumur bor JIAT mampu menghasilkan debit 2–4 liter per detik, dan dapat mengairi 10–20 hektar sawah. Pada tahun 2025, pembangunan JIAT dilaksanakan di 20 titik yang tersebar di DIY dan Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Gunungkidul, Sleman, Purworejo, dan Magelang. Melalui upaya ini, BBWS Serayu Opak berkomitmen mendukung visi besar pemerintah untuk membangun pertanian tangguh, petani mandiri, dan kedaulatan pangan Indonesia.
@bakom.ri