Memasuki musim pancaroba tahun 2024, masyarakat dihimbau untuk tetap waspada akan kemungkinan potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Di sisi lain, pemerintah perlu meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air (SDA) pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir, seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir.
Acara dibuka pada hari Senin (29/04/2024) oleh Plh Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan (OP) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, Sahril.
Sahril menjelaskan, pelaksanaan rapat kesiapsiagaan merupakan upaya dalam fase pra bencana. “Tujuannya untuk mempersiapkan datangnya musim kemarau, mencegah terjadinya kekeringan, serta mengetahui perkiraan cuaca selama beberapa bulan ke depan,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Pelaksana Urusan Perencanaan OP BBWS Serayu Opak, Irnanda Kristandi mengatakan, di Pulau Jawa awal musim kemarau diprediksi terjadi mulai dari bulan April 2024 hingga Juli 2024. “Sedangkan puncak musim kemarau diprediksi terjadi mulai dari Juli 2024 hingga September 2024,” katanya.
Untuk itu, lanjut Irnanda, BBWS Serayu Opak telah melaksanakan berbagai program untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan. Antara lain, penyiapan alat dan prasarana, pembangunan embung, optimalisasi unit pengelola irigasi (UPI), hingga pengembangan sumur bor.
Sementara itu, narasumber dari BMKG Jawa Tengah, Rudi Setyo Prihatin menjelaskan bahwa pada periode musim kemarau, pemerintah daerah, institusi terkait dan masyarakat dihimbau untuk tetap mewaspadai serta tetap mengantisipasi dampak bencana yang diakibatkan oleh cuaca/iklim yang terjadi pada musim kemarau 2024. “Puncak musim kemarau 2024 di wilayah Sungai Serayu Bogowonto diprediksi terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024,” jelasnya. (ifn)