Di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Desa Sumber dan Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, berdiri Sabo Dam Cacaban, salah satu bangunan pengendali sedimen yang kini memiliki fungsi ganda. Awalnya, sabo dam ini dibangun untuk menahan material vulkanik dan lahar dingin agar tidak mengancam permukiman di hilir. Namun kini, bangunan yang berdiri melintang di alur Sungai Cacaban ini juga menjadi penopang ketahanan pangan masyarakat sekitar.
Secara teknis, Sabo Dam Cacaban berfungsi menahan sedimen dari aktivitas vulkanik Merapi sekaligus mengatur aliran air agar tidak merusak sungai dan lahan di sekitarnya. Air yang tertampung di balik sabo kini dimanfaatkan sebagai sumber irigasi untuk lahan pertanian hortikultura seluas sekitar 40 hektare, meliputi kawasan Desa Sumber dan Ngargomulyo. Petani setempat memanfaatkannya untuk menanam berbagai komoditas seperti cabai, tomat, dan sayuran sepanjang tahun — bahkan di musim kemarau.
Pembangunan sabo ini mencakup berbagai pekerjaan teknis, mulai dari persiapan lahan, pekerjaan tanah, pekerjaan beton dan bekisting, hingga pasangan batu. Sabo Cacaban berdiri di Sungai Cacaban yang memiliki panjang sekitar 55,51 kilometer dengan luas DAS 100,6 km², menjadi bagian penting dari sistem pengendalian lahar di wilayah Merapi.
Selain berfungsi sebagai pelindung, Sabo Dam Cacaban menjadi contoh nyata transformasi infrastruktur pengendali bencana menjadi infrastruktur produktif. Upaya ini sejalan dengan strategi nasional pengelolaan sumber daya air yang menekankan konsep multi-purpose infrastructure — memadukan fungsi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
https://s.pu.go.id/MTEzNA/SaboDam_Cacaban_Magelang
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#MengelolaAirUntukNegeri
#IrigasiUntukSwasembadaPangan
#SetahunBerdampak
#pu608
@bakom.ri





























