Hidup di kaki Gunung Merapi, gunung api teraktif di dunia, berarti hidup berdampingan dengan ancaman dan keberkahan. Saat musim hujan tiba, aliran lahar dingin bisa datang sewaktu-waktu, membawa material vulkanik yang merusak sawah dan mengancam kehidupan petani.
Hal itulah yang dirasakan oleh Katiyem, warga Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman.
“Rasanya hidup di bawah Gunung Merapi itu kadang was-was, Mas. Kalau datang banjir lahar, tanah rusak, sawah ketimbun pasir, batu-batu besar ikut hanyut. Pernah juga dapur bambu di rumah saya sampai tanahnya hilang tersapu,” ujarnya mengenang.
Untuk mengatasi persoalan itu, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak membangun Sabo Dam Kalikuning di Daerah Istimewa Yogyakarta. Infrastruktur ini tidak hanya berfungsi menahan sedimen dan material vulkanik dari aktivitas Gunung Merapi, tetapi juga memberikan manfaat besar bagi pertanian di sekitarnya.
Dengan sistem intake irigasi yang terintegrasi, Sabo Dam Kalikuning mampu mengalirkan air irigasi untuk lahan pertanian seluas 0,9 hektar. Air dari bendungan ini memastikan lahan pertanian tetap mendapat pasokan air bersih dan aman, bahkan di tengah ancaman lahar dingin.
Kini, para petani di sekitar Merapi dapat bekerja dengan lebih tenang.
“Semenjak ada sabo dam ini, kami para petani tidak khawatir lagi. Panen bisa lebih terjaga, airnya lancar. Harapan saya, hasil panen semakin bagus dan program BBWS Serayu Opak terus mendukung pertanian di sini,” tutur Katiyem dengan penuh syukur.
Sabo Dam Kalikuning menjadi contoh nyata bagaimana pengelolaan sumber daya air tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat di lereng Merapi.
https://s.pu.go.id/MTEzNA/CeritaWarga_SaboDam_KaliKuning
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#MengelolaAirUntukNegeri
#IrigasiUntukSwasembadaPangan
#SetahunBerdampak
#PU608
#KetahananPangan
#BBWSSerayuOpak
@bakom.ri