Desa Kelor di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, sejak lama dikenal sebagai wilayah dengan kondisi lahan kering dan curah hujan yang terbatas. Bagi para petani di kawasan ini, ketersediaan air menjadi tantangan utama, terutama saat musim kemarau ketika sawah-sawah tak lagi bisa ditanami dan hanya ditumbuhi rumput liar.
Melalui program pembangunan sumur bor atau sumur pompa oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, kini kondisi itu mulai berubah. Implementasi sistem Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) di Desa Kelor menjadi langkah strategis dalam memanfaatkan potensi air bawah tanah untuk menunjang kebutuhan irigasi pertanian. Air dari sumur dengan kedalaman 102 meter dan debit 40 liter per detik disalurkan melalui jaringan pipa sepanjang 3.503 meter, termasuk 230 meter saluran yang telah direhabilitasi, sehingga distribusi air menjadi lebih efisien dan merata.
Program ini telah memberikan dampak nyata bagi petani setempat. Lahan yang dulunya kering kini kembali produktif. Tanaman jagung, kedelai, hingga padi tumbuh subur di sawah yang sebelumnya hanya mengandalkan tadah hujan. Luas area yang terlayani mencapai 32 hektare, dengan peningkatan intensitas pertanaman dari 209% menjadi 300%.
Menurut Rubilan, anggota Kelompok Tani Sedyomakmur, sebelum adanya sumur bor, lahan di Desa Kelor hanya bisa ditanami palawija seperti kacang atau umbi-umbian.
“Dulu di sini itu cuma rumput, Pak. Karena petani kompak, kami bersihkan dan jadikan lahan. Tapi dulu tanamannya hanya tadah hujan,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Marsudi, petani dari kelompok yang sama.
“Sekarang karena adanya sumur bor itu sangat menunjang sekali. Petani bisa tiga kali panen padi,” katanya dengan wajah penuh semangat.
Sementara itu, Mardiyo, Ketua P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air), menjelaskan bahwa keberadaan sumur pompa juga berdampak pada efisiensi biaya.
“Dengan adanya sumur pompa yang baru, debit air meningkat dan biaya pengairan bisa ditekan. Petani jadi lebih semangat menanam, apalagi hasil panen pada musim tanam ketiga ini sangat bagus,” tuturnya.
Ucapan terima kasih datang dari Supandi, Ketua Kelompok Tani Sedyomakmur.
“Kami sangat berterima kasih sekali dengan adanya bantuan sumur ladang ini. Dulu kami hanya bisa berharap, tapi sekarang sudah benar-benar terwujud. Pengairan yang kami impikan akhirnya menjadi kenyataan,” katanya.
Bagi masyarakat Desa Kelor, panen kini bukan hanya tentang hasil, tetapi juga tentang kebersamaan. Ketika padi menguning, suara kentungan, selompret, dan berbagai alat sederhana terdengar bersahutan — bukan sekadar untuk mengusir burung, tapi juga sebagai ungkapan suka cita dan rasa syukur atas panen yang melimpah.
Lebih dari sekadar infrastruktur, sumur bor JIAT Kelor telah menjadi simbol perubahan nyata. Dari lahan kering menjadi lahan produktif, dari keterbatasan menuju kemandirian. Upaya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan ini tidak hanya menjaga kehidupan para petani, tetapi juga menjadi bagian penting dalam mewujudkan swasembada pangan nasional.
Sumur bor JIAT Kelor bukan sekadar sumber air — tetapi sumber harapan bagi petani Gunungkidul untuk terus menanam, berproduksi, dan menjaga pangan tetap aman bagi Indonesia.
https://s.pu.go.id/MTEzNA/CeritaWarga_SumurJIATKelor_Gunungkidul
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#MengelolaAirUntukNegeri
#IrigasiUntukSwasembadaPangan
#SetahunBerdampak
#pu608
#BBWSSerayuOpak
@bakom.ri




























