Peran Penjaga Pintu Air Daerah Irigasi Rentang dalam Menjaga Ketahanan Pangan dan Swasembada Pangan
Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung memiliki peran strategis dalam pengelolaan sumber daya air untuk mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di wilayah kerjanya. Salah satu upaya nyata adalah pengelolaan Daerah Irigasi, termasuk Daerah Irigasi Rentang yang mencakup saluran sekunder B.TA 19. Dalam sistem irigasi ini, keberadaan penjaga pintu air menjadi sangat penting, karena mereka bertanggung jawab atas kelancaran distribusi air dari saluran induk ke saluran sekunder dan tersier, sehingga air dapat merata ke lahan pertanian.
Tugas penjaga pintu air tidak hanya terbatas pada pengaturan aliran air, tetapi juga meliputi pemeliharaan rutin bangunan air dan saluran irigasi. Salah satu kegiatan rutin yang mereka lakukan adalah pembersihan sampah dan gulma pada saluran sekunder B.TA 19. Kegiatan ini memiliki dampak langsung terhadap kelancaran aliran air dan mencegah penyumbatan yang dapat menghambat distribusi air ke petani. Pemeliharaan seperti ini juga sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 5 Tahun 2010 tentang pemeliharaan saluran irigasi primer, sekunder, dan tersier.
Dampak dari pengelolaan ini terlihat jelas pada produktivitas pertanian. Dengan saluran irigasi yang bersih dan terawat, petani dapat memperoleh pasokan air yang cukup, sehingga mendukung peningkatan hasil panen. Upaya ini berkontribusi pada pencapaian target swasembada pangan nasional. Selain itu, Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung juga memanfaatkan teknologi monitoring untuk memastikan pengelolaan sumber daya air lebih efisien dan berkelanjutan.
Dengan demikian, peran penjaga pintu air sangat vital dalam mendukung ketahanan pangan dan swasembada pangan. Melalui kegiatan pemeliharaan rutin seperti pembersihan sampah dan gulma, sistem irigasi dapat berfungsi optimal, petani memperoleh pasokan air yang cukup, dan kontribusi terhadap ketahanan pangan nasional dapat terwujud secara nyata. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pengelolaan irigasi yang baik memerlukan kombinasi antara peran manusia, regulasi yang jelas, dan pemanfaatan teknologi.
















PUPR 
