3 Oktober 2019 - “Ketika pembangunan 65 bendungan diperkirakan selesai pada tahun 2024 nanti, kapasitas air di Indonesia baru mencapai hampir 100 meter kubik per kapita per tahun dari target visium 2030 sebesar 120 meter kubik per kapita per tahun. Oleh karenanya untuk mencapai target tersebut dan mewujudkan ketahanan air, pembangunan bendungan masih diperlukan,” jelas Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Hari Suprayogi selaku Ketua Umum Komite Nasional Bendungan Besar (KNI-BB) dalam pembukaan Seminar Nasional Bendungan Besar di Makassar, Sulawesi Selatan (3/10).
Selain ketahanan air, pembangunan bendungan besar juga dimanfaatkan untuk menunjang ketahanan pangan. Dengan terbangunnya 65 bendungan nanti baru sekitar 1,2 juta areal irigasi yang dapat diari, masih menyisakan kebutuhan sekitar 5.8 juta areal irigasi non waduk yang menanti jaminan ketersediaan air dari pembangunan bendungan.
Dilanjutkan oleh Hari Suprayogi bahwa pembangunan bendungan memiliki tantangan besar. Tantangan yang datang bukan hanya teknis tetapi juga non teknis. Salah satu solusi untuk menjawab tantangan yang diajukan oleh Menteri PUPR adalah inovasi, bukan hanya inovasi untuk membangun, tetapi juga inovasi dalam pengelolaan, pengoperasian daan rehabilitasi.
“Kita berpikir punya 231 bendungan yang dimulai sejak jaman Belanda. Bagaimana bisa di-upgrade dan direhab dengan inovasi-inovassi sehingga dapat berfungsi lebih. Inovasi juga diharapkan dilakukan dalam pembangunan bendungan dari mulai tahap perencanaan. Misalnya tidak melulu menggunakan tipe urugan, tetapi yang lebih sesuai dengan kondisi wilayah sehingga pembangunan bendungan bisa lebih efektif dan efesien,” pesan Dirjen SDA.
Solusi dalam menjawab tantangan-tantangan inilah yang diharapkan diperoleh dalam seminar bertajuk “Tantangan Penyelesaian Pembangunan dan Pengelolaan 65 Bendungan serta Keberlanjutan Program di Masa Mendatang”.
Seminar yang dihadiri oleh hampir 1.000 orang yang berasal dari kalangan profesi dan akademisi bidang bendungan ini akan berlangsung selama 3 hari, saampai dengan 5 Oktober. Pembukaan seminar dibarengi dengan peluncuran buku Manajemen Pelaksanaan Bendungan Tipe Urugan. Di hari ketiga para peserta seminar akan diajak untuk langsung meninjau Bendungan Karalloe di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Acara dibuka oleh Gubernur Sulawesi Selatan M. Nurdin Abdullah, dan dihadiri oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama, perwakilan Bupati, Walikota, Kepala BUMN, stakeholder, dan rektor Perguruan Tinggi.