Pembangunan infrastruktur di berbagai daerah menjadi salah satu program prioritas yang dilaksanakan oleh pemerintah, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR). Ketersediaan infrastruktur yang memadai di berbagai daerah ini akan membangun konektivitas yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing, mendukung ketahanan pangan dan air, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara merata.
Agar ketahanan pangan dan air bisa segera tercapai, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) pun melaksanakan pembangunan infrastruktur sumber daya air di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya Rehabilitasi Bendung dan Saluran Irigasi Daerah Irigasi (DI) Gumbasa. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III Palu ini merupakan upaya Ditjen SDA dalam menangani kerusakan akibat gempa berkekuatan 7,4 skala Richter yang terjadi pada 28 September 2018 lalu. Tahap I yang meliputi areal pertanian seluas 1.070 hektar (ha) telah selesai dikerjakan oleh BWS Sulawesi III Palu, dan saat ini sedang dipersiapkan pekerjaan rehabilitasi Tahap II untuk areal pertanian seluas 7.110 hektar di wilayah tersebut.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa irigasi di kawasan hulu Gumbasa untuk mengairi lahan pertanian subur menjadi prioritas untuk difungsikan kembali setelah bencana gempa. Pekerjaan rehabilitasi Bendung dan Saluran Irigasi DI Gumbasa tersebut ditargetkan akan selesai pada tahun 2023.
Direktur Irigasi dan Rawa Ditjen SDA Suparji menjelaskan bahwa untuk tahap II sudah dalam tahapan proses lelang yang akan segera dimulai pelaksanaan pekerjaannya. “Masyarakat di wilayah ini sudah sangat menunggu pemulihan bendung dan saluran irigasi ini, dimana dari total 8.180 ha baru kembali berfungsi seluas 1.070 ha,"jelas Suparji.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III Palu Taufik menambahkan bahwa untuk rehabilitasi irigasi Gumbasa tahap II, pekerjaan dibagi menjadi lima paket. Paket pertama adalah rehabilitasi bendung pada tubuh bendung, pembuatan groundsill, rehabilitasi tanggul banjir dan landscape. "Untuk paket 1 tahap II diperkirakan estimasi biaya sebesar Rp 51,2 miliar. Saat ini sudah dilakukan proses lelang pekerjaan konstruksi," ungkapnya.
Selanjutnya untuk paket kedua yakni pekerjaan rehabilitasi jaringan utama (bangunan, saluran primer, saluran sekunder dan saluran pembuang) ruas BGKn 7 - 24 dengan luas areal 1.606 ha, paket ketiga berupa rehabilitasi jaringan (bangunan, saluran primer, saluran sekunder, saluran pembuang) ruas BGKn 24-42 dengan luas areal 3.547 ha, paket keempat rehabilitasi jaringan (Bangunan, saluran primer, saluran sekunder dan saluran pembuang) ruas BGKn 42-54 dengan luas areal 1.815 ha.
Sementara paket kelima rehabilitasi jaringan (bangunan, saluran primer, saluran sekunder dan saluran pembuang) ruas BGKn 54-58 luas areal 142 ha diungkapkan Taufik akan menggunakan dana loan JICA (Japan International Cooperation Agency).
DI Gumbasa terletak di area lembah Palu yang memanjang dari kaki hulu Sungai Gumbasa mengalir hingga Sungai Kawatuna di Kota Palu. Secara administratif, DI Gumbasa melayani 5 Kecamatan yang berada di Kabupaten Sigi dan Kota Palu yaitu Kecamatan Gumbasa, Tanambulaya, Dolo, Sigi Biromaru dan Palu Selatan, yang memiliki luas irigasi potensial 8.180 ha.
DI Gumbasa yang dibangun pada tahun 1931 mulanya hanya berupa free intake dengan suplai air dari Sungai Gumbasa, kemudian oleh Departemen PU dibangun menjadi bendung permanen pada tahun 1976. (Biro Komunikasi Publik PUPR/kompusda sandro)