Besarnya potensi sumber daya air pada beberapa daerah di Indonesia menjadi satu keunggulan untuk dikelola agar komoditas pertaniannya bisa meningkat. Hal ini pula yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) yaitu memanfaatkan potensi sumber daya air yang ada untuk kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan membangun waduk atau bendungan. Program pembangunan bendungan diberbagai daerah di Indonesia merupakan upaya Kementerian PUPR melalui Ditjen SDA untuk mendukung terwujudnya target NAWACITA, yaitu ketahanan air dan pangan di Indonesia. Satu dari sekian banyak bendungan tersebut adalah Bendungan Leuwikeris. Bendungan yang berada pada dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis ini terlihat begitu luas.
Sebelum dibangunnya Bendungan Leuwikeris, pada awalnya Sungai Citanduy dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, RKI dan kebutuhan lainnya dengan total kebutuhan sebesar 86,73 m3/detik, namun yang masih dapat terpenuhi baru 78,30% dari kebutuhan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dikembangkan pengelolaan sumber daya air di wilayah Sungai Citanduy dengan cara mengoptimalisasikan pemanfaatan air dengan membangun Bendungan Leuwikeris, yang diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan ketersediaan air sebesar 5,30 miliar m3/tahun. Maka dari itu, sejak tahun 2016 Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy pun membangun bendungan yang masuk ke dalam program NAWACITA ini.
Bendungan yang memiliki tampungan efektif sebanyak 45,35 juta m3 ini akan memasok air untuk Daerah Irigasi (DI) eksisting seluas 11.216 hektar, juga sebagai penyedia air baku untuk Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Ciamis sebesar 845 liter per detik.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Jarot Widyoko dalam kunjungan kerjanya pada Rabu 13 Oktober 2021, menyampaikan bahwa setiap pembangunan bendungan harus diikuti dengan program penanaman pohon sebanyak 5.000 batang yang memiliki tinggi 2 hingga 3 meter. “Meski ada beberapa kendala yang dihadapi di lapangan, sebisa mungkin untuk melihat timeline pekerjaan agar pembangunan ini bisa selesai tepat waktu. Kalau bisa diterapkan 3 shift, terapkan saja untuk mengejar keterlambatan proses pembangunan. Pengawasan yang optimal terhadap pekerjaan perlu ditingkatkan agar bendungan ini bisa segera memberi manfaat bagi masyarakat,” jelas Dirjen SDA Jarot Widyoko di lokasi pembangunan Bendungan Leuwikeris.
Bendungan Leuwikeris yang ditargetkan akan selesai pada tahun 2023 tersebut juga bermanfaat untuk mereduksi banjir periode 25 tahunan dari 509,7 m3/detik menjadi 450,2 m3/detik, juga berpotensi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 2x10 MW. Selain berbagai manfaat tadi, Bendungan Leuwikeris nantinya diharapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat melalui kegiatan pariwisata di sekitar bendungan tersebut. (kompusda sandro/panji)