Bendungan merupakan salah satu infrastruktur sumber daya air yang berfungsi untuk mendukung ketahanan air, pangan dan energi di Indonesia. Untuk itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) membangun bendungan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya Bendungan Randugunting.
Bendungan yang dikerjakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana ini tengah memasuki tahap akhir pembangunan bendungan. Bendungan yang terletak di Desa Kalinanana Kecamatan Japah, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini akan mendukung peningkatan irigasi premium yakni irigasi yang sumber airnya dari bendungan, sehingga bisa mengairi areal pertanian di Kabupaten Blora dan Rembang.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan bahwa pembangunan Bendungan Randugunting merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam mendukung ketersediaan air dan ketahanan pangan di Provinsi Jawa Tengah. "Kunci dari pertanian adalah ketersediaan air. Kita ingin tingkatkan produktivitasnya dengan ketersediaan air yang berkelanjutan dari bendungan," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Atas dasar inilah, Ditjen SDA mempercepat pembangunan berbagai bendungan di Indonesia agar segera memberi manfaat bagi masyarakat, termasuk Bendungan Randugunting.
Ditemui pada acara Impounding Bendungan Randugunting (29/11/2021), Kepala SNVT Pembangunan Bendungan BBWS Pemali Juana I Gusti Ngurah Carya Andi Baskara menyampaikan bahwa pembangunan Bendungan Randugunting berfungsi untuk menjaga ketersediaan air di daerah Blora yang terkenal memiliki intensitas hujan rendah. Bendungan ini dibangun untuk menangkap air Daerah Aliran Sungai (DAS) Randugunting di Wilayah Sungai (WS) Jratunseluna yang selanjutnya akan dikendalikan agar dapat dimanfaatkan pada saat dibutuhkan, khususnya mengairi lahan irigasi pada musim kemarau. "Rata-rata curah hujan di sini berkisar antara 2.000-3.000 mm per tahun, berbeda dengan Bogor yang memiliki curah hujan sekitar 5.000 mm per tahun. Jadi fungsi utama bendungan ini memang untuk menjaga ketersediaan air irigasi, khususnya di daerah-daerah kering di Blora dan Rembang," jelas Kepala SNVT Pembangunan Bendungan I Gusti Ngurah Carya Andi Baskara.
Bendungan Randugunting memiliki luas genangan 187,19 hektar dengan kapasitas tampung 14,42 juta m3 untuk mengairi lahan pertanian di Kabupaten Blora dan Rembang melalui Daerah Irigasi (DI) Kedungsapen seluas 630 hektar dengan pola tanam padi-padi-palawija. Bendungan ini juga akan dimanfaatkan untuk pengendalian banjir saat musim hujan dengan menahan laju air Sungai Banyuasin sebesar 81,42 m3 per detik. Konstruksi Bendungan Randugunting didesain dengan tipe zonal inti tegak dengan tinggi 31 meter, panjang puncak 363,3 meter, dan lebar 10 meter.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BBWS Pemali Juana Muhammad Adek Rizaldi menambahkan bahwa selain fungsi irigasi dan pengendali banjir, Bendungan Randugunting yang berjarak sekitar 148 km dari Kota Semarang juga diproyeksikan untuk mendukung penyediaan air baku di Kabupaten Blora sebesar 100 liter per detik dan Pati sebesar 50 liter per detik, serta pengembangan pariwisata air dan agrowisata di Kabupaten Blora. “BBWS Pemali Juana pada saat ini mengelola sebanyak 18 buah bendungan dengan total tampungan efektif 790 juta m3, selama ini berfungsi untuk mengairi seluas 111.900 hektar sawah dan untuk melayani air baku 2.601 liter/detik serta ini juga difungsikan untuk pembangkit PLTA sebesar 24,5 megawatt, juga berfungsi sebagai pengendalian banjir yang dapat mereduksi banjir sebesar 3.294 m3/detik. Sehingga dengan demikian Bendungan Randugunting akan menjadi bendungan ke-19 yang akan kami kelola, dan menyusul Bendungan Jeragung yang sedang dibangun akan menjadi bendungan ke-20,” jelas Kepala BBWS Pemali Juana Muhammad Adek Rizaldi.
Saat ini progres pembangunan Bendungan Randugunting sudah mencapai 90%. “Mungkin banyak yang bertanya, kenapa sudah dilakukan pengisian waduk padahal progresnya masih 90%? Jadi, target kami melakukan impounding di musim hujan ini, karena kami mau mengambil sisi manfaat dari pembangunan bendungan yaitu pengendalian banjir, sehingga kami bisa segera menutup saluran pengelak, air hujan dapat ditampung sehingga bisa mereduksi bencana banjir apabila terjadi akibat fenomena La Nina,” tambah Kepala BBWS Pemali Juana Muhammad Adek Rizaldi.
Selain itu, kegiatan impounding dilakukan lebih awal agar air hujan yang tertampung di bendungan bisa ikut meningkatkan kondisi muka air tanah di Kawasan Blora dan sekitarnya yang selama ini tergolong ke dalam daerah kering. “Tentu saja kegiatan impounding ini sudah mendapatkan izin terlebih dahulu dari Balai Teknik Bendungan dan Komisi Keamanan Bendungan,” ujar Kepala BBWS Pemali Juana Muhammad Adek Rizaldi.
Selama proses pembangunan Bendungan Randugunting, BBWS Pemali Juana juga memberdayakan masyarakat sekitar, juga masyarakat terdampak pandemi COVID-19 untuk menjadi tenaga kerja melalui Program Padat Karya Tunai (PKT). “Kami melibatkan mereka untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak membutuhkan alat berat, misalnya menyusun batu urugan, dan pembangunan fasilitas di sekitar bendungan. Ini kami lakukan untuk mengurangi angka pengangguran di daerah ini, juga untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar,” tutur Kepala BBWS Pemali Juana Muhammad Adek Rizaldi ke Majalah AIR. (kompusda sandro/panji)