Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) melakukan kerja sama bidang teknologi irigasi dan drainase dengan Rural Development Bureau of the Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries of Japan (MAFF).
Pertukaran teknologi bidang irigasi dan drainase yang ke-3 ini bertujuan untuk mencari solusi beberapa tantangan dalam mencapai ketahanan pangan, yaitu pertumbuhan penduduk, keandalan air, alih fungsi lahan dan kondisi kinerja jaringan irigasi yang sudah menurun.
Direktur Jenderal SDA Jarot Widyoko menyampaikan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang yang akan dilaksanakan selama tiga tahun ini mencakup Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi Dengan Perspektif Lingkungan Yang Lebih Baik, Penggunaan Teknologi Maju (Penginderaan Jauh) dan Pemanfaatan Prediksi Cuaca Dalam Pengelolaan Sistem Irigasi.
Kerja sama dimulai dengan pelaksanaan dialog antara kedua negara di Jakarta, (23/11) terkait kebijakan dan teknis pengembangan serta pengelolaan irigasi dan strategi untuk sistem pangan berkelanjutan, penggunaan teknologi satelit dalam irigasi, estimasi genangan banjir menggunakan data satelit, serta pencegahan kerusakan banjir dengan menggunakan prakiraan cuaca.
Dirjen SDA juga menyampaikan program food estate yang dilaksanakan di Indonesia, “Dalam rangka menuju ketahanan pangan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Direktorat Jenderal Sumber Daya Air telah mengembangkan program food estate yang berlokasi di Provinsi Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Utara.”
Acara ini dihadiri oleh Hiromichi Kitada, Director of Overseas Land Improvement Cooperation Office, Rural Development Bureau, Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries. Hiromichi Kitada menyampaikan bahwasannya hubungan kerjasama antara Indonesia dan Jepang di bidang irigasi dan drainase telah dilakukan sejak lama. “Lebih dari 50 tahun sejak dikirimkannya para ahli di bidangnya dari kementerian kami, sampai saat ini total lebih dari 150 orang yang dikirimkan termasuk para pakar dari lembaga swasta yang dikirim menggunakan dana bantuan,” ujar Kitada.
Kitada menjelaskan dampak dari anomali cuaca yang tidak menentu di berbagai belahan dunia sangat mempengaruhi tingkat produksi pangan yang seharusnya terdapat upaya dalam mengembangkan program ketahanan pangan.
“Sebagaimana diketahui, kebelakangan ini berbagai bencana alam terjadi, seperti kekeringan, banjir dan sebagainya akibat anomali cuaca di berbagai wilayah di dunia yang menyebabkan masalah ketahanan pangan secara global. Oleh karena itu, semakin disadari perlunya upaya untuk membangun sistem pangan yang berkelanjutan.” sambung Kitada.
Kerja sama dengan MAFF ini diharapkan dapat mempererat hubungan dan kontribusi dalam pengembangan sektor irigasi dan drainase di Jepang dan Indonesia hingga tahun 2025. Seperti halnya kerja sama yang sudah terjalin selama ini dalam kegiatan Komering Irrigation Project, Rentang Irrigation Modernization Project, dan Bali Beach Conservation Project.
Turut hadir dalam acara ini Pejabat Tinggi Pratama di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air dan beberapa ahli di bidang sumber daya air, pertanian, kehutanan dan perikanan yang berasal dari Jepang.