Dalam membantu kebutuhan air masyarakat di Pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku tengah menyelesaikan pembangunan sumur bor yang banyak dibutuhkan oleh para peternak kerbau dan kuda.
Pembangunan ini diinisiasi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah mendengarkan aspirasi dari sejumlah peternak kerbau di Desa Werwaru, Pulau Moa pada September 2022 lalu dan pembangunan tersebut adalah bentuk tindak lanjut dari kunjungan Presiden.
"Permintaan masyarakat di Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu penyediaan air tanah guna pemenuhan kubangan atau embung alami yang berfungsi sebagai tempat mandi dan minum ternak kerbau," jelas Agus Rudyanto selaku Direktur Air Tanah dan Air Baku Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR.
Dalam membangun sumur bor tersebut, Ditjen SDA bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), serta lima orang lulusan super spesialis air tanah, secara langsung turun ke Kabupaten Maluku Barat Daya.
Kepala Satuan Kerja Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA) Balai Wilayah Sungai Maluku Nonce Saman mengatakan, fasilitas sumur air bor yang dibangun melibatkan warga sekitar dan dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya sebagai sumber energi.
"Bersyukur airnya sudah keluar. Kami sampai saat ini sudah melaksanakan pembangunan jaringan pipa dari sumur titik 2 dengan jarak ke kubangan 150 meter," kata Nonce.
Sebelumnya, masyarakat Kecamatan Moa tidak memiliki sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selama ini masyarakat hanya mengandalkan air payau untuk dikonsumsi.
Pada tahun 2022, Ditjen SDA telah melaksanakan pengeboran di dua titik, yang kemudian dilanjutkan pada tahun 2023 dengan menambah 3 titik sumur bor. Hal tersebut dilakukan karena kebutuhan air bagi ternak sangat dibutuhkan bagi sebagian besar penduduk Pulau Moa yang memiliki mata pencaharian sebagai peternak kerbau dan kuda.
Kepala Desa Werwaru Pulau Moa, Eliez mengatakan bahwa beternak kerbau berasal dari kebiasaan leluhur di desa tersebut hingga turun temurun sampai saat ini. "Jumlah kerbau di desa ini sekitar seribu ekor. Kendalanya adalah cacingan ketika lahir dan ketika musim kemarau tidak ada air, sehingga beberapa kerbau kurus sampai mati.Jadi kami minta kepada Bapak Presiden, untuk bisa membantu kami mengatasi kekurangan-kekurangan peternakan di sini," ujarnya.