Sebagai upaya dalam meningkatkan profesionalisme dan kompetensi dalam menghadapi tantangan pengelolaan sumber daya air kedepannya, Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) mengadakan pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-40 dan Kongres ke-14 yang diadakan di Universitas Lampung, pembukaan kegiatan PIT HATHI ini dilaksanakan secara luring (offline) di pelataran Gedung Serba Guna (GSG), Jumat(25/8).
PIT HATHI merupakan agenda tahunan yang dimaksudkan untuk bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan menuangkan gagasan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengelolaan sumber daya air yang lebih baik. Kegiatan HATHI tahun ini bertemakan “Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Meningkatkan Ketahanan dalam Menghadapi Perubahan Iklim untuk mencapai Pembangunan Berkelanjutan”.
"Untuk mengatasi berbagai tantangan akibat dampak perubahan iklim, diperlukan kolaborasi semua pihak termasuk HATHI sebagai organisasi keahlian di bidang sumber daya air," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam sambutannya yang disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah.
Perubahan iklim dunia secara global telah memberikan dampak yang besar dalam kehidupan umat manusia. Kenaikan suhu bumi telah mengubah pola iklim yang mempengaruhi produktivitas pertanian, ketersediaan air, maupun pemanfaatan air untuk kebutuhan domestik, perkotaan, industri, energi, dan lainnya. Dalam pengelolaan sumber daya air, perubahan iklim berkaitan dengan peningkatan risiko banjir dan kekeringan.
Ketua Umum HATHI Jarot Widyoko mengatakan, PIT ke-40 HATHI ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata termasuk implementasi Iptek mengingat adanya ancaman perubahan iklim.
"Hal tersebut selaras dengan tema PIT Hathi kali ini yakni Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Meningkatkan Ketahanan dalam Menghadapi Perubahan Iklim untuk mencapai Pembangunan Berkelanjutan. Total ada 195 pemakalah yang hadir memberikan ide-idenya," ujarnya.
Dalam keynote speech, Rektor Universitas Lampung, Lusmeilia Afriani mengingatkan tentang seriusnya dampak perubahan iklim di Indonesia. “Indonesia, dengan beragam potensi bencana geologi seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, dan banjir, memerlukan upaya serius dalam manajemen bencana.” ujarnya.
Hal ini mencakup perubahan temperatur harian, pola curah hujan, tinggi muka laut, dan fenomena iklim seperti El Niño dan La Niña. Semua ini berdampak besar pada sektor-sektor penting seperti kesehatan, pertanian, dan ekonomi. Pengembangan teknologi dan penelitian ditekankan sebagai cara untuk menghadapi berbagai tantangan lingkungan, termasuk perubahan iklim.
Dalam acara tersebut, turut hadir Inspektur Jenderal Kementerian PUPR T. Iskandar, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian PUPR Yudha Mediawan, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Rektor Universitas Lampung Lusmeilia Afriani, dan Para Kepala Balai/Balai Besar Wilayah Sungai Kementerian PUPR di seluruh Indonesia.(*)