Peserta Field Trip World Water Forum ke-10, Menampi Beras di Jatiluwih, Melihat Warna-Warni Anggrek di Bedugul

Peserta Field Trip World Water Forum ke-10, Menampi Beras di Jatiluwih, Melihat Warna-Warni Anggrek di Bedugul
Foto: Peserta Field Trip World Water Forum ke-10, Menampi Beras di Jatiluwih, Melihat Warna-Warni Anggrek di Bedugul

Tabanan, 25 Mei 2024 - Banyak keseruan selama perjalanan para peserta field trip World Water Forum ke-10, di persawahan subak Jatiluwih UNESCO dan Kebun Raya Bali, di Kabupaten  Tabanan, Bali pada Sabtu (25/5/2024). Peserta mendapatkan pengalaman baru untuk ikut mencoba menampi beras hingga melihat beragam jenis tanaman Anggrek dan Kaktus.

Saat datang di area Jatiluwih, puluhan perempuan asli Jatiluwih, berbaris  di kanan dan kiri sepanjang jalur berjalan para peserta. Para perempuan berbaris menyambut para peserta, sambil menari Tari Metangi.

Manager Jatiluwih, John K Purna mengatakan, Tari Metangi ini mencerminkan semangat baru. Arti metangi ini dalam bahasa Bali maupun bahasa Indonesia adalah bangun, sehingga sambutan tari ini diharapkan menjadi semangat bagi masyarakat Bali dan dunia untuk mempertahankan keberlangsungan air bagi kehidupan.

"Semua penari adalah warga Jatiluwih. Kami ingin mempersembahkan yang terbaik untuk para peserta field trip World Water Forum ke-10. Semua warga dan aparat desa di sini diterjunkan. Kami senang sekali pesertai berkunjung ke sini," jelasnya.

Setelah disambut tarian, sejumlah peserta terlihat antusias ikut mencoba untuk menampi beras bersama ibu-ibu masyarakat setempat. Sesekali peserta bersama ibu-ibu tersebut tertawa bersama. Karena beberapa peserta canggung dan merasa kesulitan melempar serta menangkap kembali butiran beras-beras itu.

Menampi merupakan cara membersihkan (beras, padi, kedelai, dan sebagainya) dengan menaruh sejumlah beras ditaruh tampah (serupa nampan berbentuk bulat terbuat dari anyaman bambu), lalu melakukan gerakan turun-naik sebagai cara untuk memilah beras yang kurang baik. 

“Jangan sampai tumpah berasnya, ya, kalau lagi dilempar-lempar, ya,” kata ibu dari warga Jatiluwih, yang tengah mengajari salah peserta.

Selama perjalanan di persawahan terasering Jatiluwih, yang tengah tumbuh padi beras merah lokal Cendana, peserta sangat kagum dan mengabadikannya dengan memfoto-foto. Sawah terasering ini menerapkan sistem subak yang dalam prosesnya melalui 15 tahapan upacara adat Bali setiap musim tanam datang. Subak Jatiluwih memiliki luas 303 hektar dan yang efektif ditamani padi seluas 227 hektare.

Wayan Mustra, Pekaseh Subak Jatiluwih menjelaskan bahwa cara tanam ini sudah diterapkan turun-temurun secara bertahun-tahun. Tidak ada warga yang berani melanggar tahapan upacara yang telam menjadi aturan (awig-awig) yang sudah diterapkan masyarakat setempat sejak dulu. 

Menutup field trip sesi Tabanan, para peserta menikmati Anggrek dan Kaktus di Kebun Raya Bali, di Bedugul. Sesampainya perjalanan di Kebun Raya Bali, peserta segera menikmati warna-warni Anggrek dari berbagai jenis dan memfoto-fotonya. 

Tanaman Kaktus juga tak kalah menarik menjadi perhatian peserta field trip. Kaktus-kaktus beragam ukuran dan jenis itu berada di dalam rumah kaca untuk menghindari dari kelembaban, di atas tanah seluas 500 meter persegi.

"Keseluruhannya ada 225 jenis tanaman, termasuk sukulen dan kaktus, paling tua usianya 50 tahun. Nah, yang paling unik adalah Golden Bowl. Tanaman di Taman Anggrek ini ada yang dari Meksiko, Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat. Ada juga yang sampai saat ini belum diketahui identitasnya dan masih dalam tahap penelitian," jelas Putu Edi Sutama, petugas Kebun Raya Bali, kepada beberapa peserta sambil berkeliling melihat-lihat tanaman.

© Copyrights 2024. BWS Bali-Penida.