Cirebon - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) melakukan berbagai upaya dalam mendukung Asta Cita Presiden di bidang swasembada pangan, salah satunya adalah penerapan metode Irigasi Padi Hemat Air (IPHA) yang contoh pelaksanaannya sudah dilakukan di Daerah Irigasi (DI) Rentang sejak tahun 2024.
Didampingi Direktur Jenderal SDA Bob Arthur Lombogia, Menteri PU Dody Hanggodo melakukan tinjauan lapangan ke lokasi percontohan penerapan IPHA di Irigasi Rentang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu (4/1/2025). Menteri Dody kepada awak media menyampaikan bahwa IPHA merupakan salah satu quick wins Indonesia untuk mencapai swasembada pangan, “penerapan IPHA disini sudah sangat sukses, para petani bisa lebih hemat karena penggunaan air dan bibit yang lebih sedikit namun hasil taninya meningkat, jadi saya rasa ini merupakan quick wins yang telah dilakukan bersama antara Kementerian PU, Kementerian Pertanian dan TNI-POLRI dalam mencapai tujuan kita swasembada pangan”.
Menteri Dody juga menyampaikan bahwa proyek percontohan IPHA seluas 85.867 ha D.I Rentang dapat dikatakan sukses, sehingga setelah ini akan dilanjutkan penerapannya di D.I Kamun dengan luas kurang lebih 2.000 ha. Selain itu Ia juga berharap setelah D.I Kamun, budidaya tanaman melalui IPHA juga dapat diterapkan di seluruh Indonesia.
Dirjen SDA Bob menjelaskan keunggulan dari penerapan IPHA, “dengan IPHA, pemakaian air lebih hemat kurang lebih 30%, hemat biaya hanya butuh benih 10 kg/ha, dan hemat waktu panennya lebih cepat karena ditanam bibit muda. Hasilnya terbukti dapat meningkatkan produksi hingga mencapai 11 ton/ha”.
Dengan adanya penghematan air, maka suplai air yang tersisa dapat dipakai ke areal lain pada musim kemarau sehingga dapat meningkatkan IP hingga 30%.
IPHA atau Irigasi Padi Hemat Air merupakan metode dalam teknik budidaya padi dengan sistem pengelolaan tanaman, air dan tanah yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan air yang efektif, efisien dan proporsional serta meningkatkan luas areal pertanaman, sehingga produksi dan pendapatan petani juga dapat meningkat.
Selain penerapan IPHA, D.I Rentang juga patut menjadi contoh dengan adanya petani milenial yang terlibat. Kelompok petani milenial sepakat menyampaikan bahwa IPHA memberikan banyak keuntungan bagi para petani, “dari sisi konsumsi air yang lebih hemat, bibit lebih sedikit, namun hasilnya juga bagus, hanya saja kendalanya para tenaga tanam masih perlu penyesuaian dengan metode ini”, ujar petani milenial kepada Menteri Dody.
Turut hadir Direktur Irigasi dan Rawa Bastari dan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung Dwi Agus Kuncoro. (KompuSDA - Hna/Zha)
Cirebon - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) melakukan berbagai upaya dalam mendukung Asta Cita Presiden di bidang swasembada pangan, salah satunya adalah penerapan metode Irigasi Padi Hemat Air (IPHA) yang contoh pelaksanaannya sudah dilakukan di Daerah Irigasi (DI) Rentang sejak tahun 2024.
Didampingi Direktur Jenderal SDA Bob Arthur Lombogia, Menteri PU Dody Hanggodo melakukan tinjauan lapangan ke lokasi percontohan penerapan IPHA di Irigasi Rentang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu (4/1/2025). Menteri Dody kepada awak media menyampaikan bahwa IPHA merupakan salah satu quick wins Indonesia untuk mencapai swasembada pangan, “penerapan IPHA disini sudah sangat sukses, para petani bisa lebih hemat karena penggunaan air dan bibit yang lebih sedikit namun hasil taninya meningkat, jadi saya rasa ini merupakan quick wins yang telah dilakukan bersama antara Kementerian PU, Kementerian Pertanian dan TNI-POLRI dalam mencapai tujuan kita swasembada pangan”.
Menteri Dody juga menyampaikan bahwa proyek percontohan IPHA seluas 85.867 ha D.I Rentang dapat dikatakan sukses, sehingga setelah ini akan dilanjutkan penerapannya di D.I Kamun dengan luas kurang lebih 2.000 ha. Selain itu Ia juga berharap setelah D.I Kamun, budidaya tanaman melalui IPHA juga dapat diterapkan di seluruh Indonesia.
Dirjen SDA Bob menjelaskan keunggulan dari penerapan IPHA, “dengan IPHA, pemakaian air lebih hemat kurang lebih 30%, hemat biaya hanya butuh benih 10 kg/ha, dan hemat waktu panennya lebih cepat karena ditanam bibit muda. Hasilnya terbukti dapat meningkatkan produksi hingga mencapai 11 ton/ha”.
Dengan adanya penghematan air, maka suplai air yang tersisa dapat dipakai ke areal lain pada musim kemarau sehingga dapat meningkatkan IP hingga 30%.
IPHA atau Irigasi Padi Hemat Air merupakan metode dalam teknik budidaya padi dengan sistem pengelolaan tanaman, air dan tanah yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan air yang efektif, efisien dan proporsional serta meningkatkan luas areal pertanaman, sehingga produksi dan pendapatan petani juga dapat meningkat.
Selain penerapan IPHA, D.I Rentang juga patut menjadi contoh dengan adanya petani milenial yang terlibat. Kelompok petani milenial sepakat menyampaikan bahwa IPHA memberikan banyak keuntungan bagi para petani, “dari sisi konsumsi air yang lebih hemat, bibit lebih sedikit, namun hasilnya juga bagus, hanya saja kendalanya para tenaga tanam masih perlu penyesuaian dengan metode ini”, ujar petani milenial kepada Menteri Dody.
Turut hadir Direktur Irigasi dan Rawa Bastari dan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung Dwi Agus Kuncoro. (KompuSDA - Hna/Zha)