D.I. Baro Raya: Warisan Air dari Masa Lalu

Berita Balai

Bendung D.I. Baro Raya yang terletak di Keumala
Bendung D.I. Baro Raya yang terletak di Keumala

Dulu, di tahun 1981, kala dunia belum ramai dengan gawai dan notifikasi, sekelompok orang memilih membangun sesuatu yang tak sekadar terlihat megah—tetapi berguna panjang umur: Daerah Irigasi Baro Raya. Di Keumala, mereka mulai menggali, menyusun, dan mengalirkan harapan dalam bentuk saluran air. Bukan hanya untuk hari itu, tapi untuk tahun-tahun yang bahkan belum mereka temui. Tiga tahun kemudian, di 1984, pekerjaan itu rampung. Sebuah warisan lahir—bukan dalam bentuk emas, tapi dalam bentuk aliran air yang hidup dan menghidupkan.

Baro Raya tak berdiri sendiri. Ia menjalar sabar sejauh 20.050 meter, membawa air ke Kecamatan Sakti, Mila, Indra Jaya, Peukan Baro, Simpang Tiga, hingga Delima. Seperti surat cinta masa lalu yang masih terbaca indah hari ini, saluran itu tetap setia mengantarkan air ke lahan-lahan yang menunggu. Tidak glamor, tidak viral, tapi keberadaannya membuat 11.202 hektar sawah tumbuh tanpa gaduh. Baro Raya adalah bukti bahwa masa lalu bisa jadi pemberi kehidupan masa depan.

Bayangkan saja, air yang hari ini membasahi tanah dan menumbuhkan padi di ladang, adalah hasil dari keputusan orang-orang yang mungkin sudah tak lagi di dunia. Mereka membangun tanpa selfie, tanpa unggahan media sosial. Tapi hasilnya? Masih dinikmati hingga sekarang. Baro Raya adalah cara masa lalu berkata, “Kami sudah menyiapkan ini untuk kalian. Jaga baik-baik.”

Dan di tengah zaman yang serba instan ini, Baro Raya masih bekerja tanpa minta pengakuan. Ia mengalir pelan, tapi pasti. Seperti nenek yang diam-diam menyelipkan uang saku di saku cucunya—tak banyak kata, tapi penuh cinta. Di balik bendung Keumala, tersembunyi tekad dan pengorbanan, yang kini menjadi jantung dari irigasi ribuan hektar ladang.

Maka, saat mata memandang hamparan sawah yang menghijau dan panen yang datang silih berganti, ingatlah: itu semua bukan sekadar karena hujan. Ada masa lalu yang bekerja di sana. Ada tangan-tangan pendahulu yang menggali, mengalirkan, dan berharap. Dan kini, tugas kita bukan hanya menikmati hasilnya, tapi melanjutkan semangatnya—agar air terus mengalir, dan masa depan tetap hijau. (rh)

Berita

berita/250b8dae-0436-4efd-a91e-889461c84fc1/1753758395.png

D.I. Baro Raya: Warisan Air dari Masa Lalu

berita/4a0e33d7-945a-46db-b07d-4e7a7a486e03/1753089215.png

Benarkah Jadi Penyebab Banjir di Aceh Utara karena Bendungan Keureuto?

berita/02e1a312-a049-4075-b9d3-c409dcb2a5c4/1752549007.jpg

Bendungan: Menyimpan Air, Menabur Harapan untuk Negeri

berita/aa11b3c1-6505-46ae-a2d4-892ecfa86d4b/1752220274.jpg

Wamen PU Tinjau Bendung Karet pada Hari Terakhir Kunjungan Kerja di Aceh

berita/4ea2ef53-68cf-421e-a869-b0914f3702ed/1752160386.jpg

Wamen PU Diana Tinjau Memorial Living Park di Pidie, Pastikan Layanan Air Bersih dan Insfrastruktur Lainnya

berita/6b2af171-3f93-4792-a44e-55a3e834aac0/1752136691.jpg

Peresmian Memorial Living Park Rumoh Gudong di Pidie, Komitmen Penuntasan Pelanggaran HAM