Indonesia menyimpan banyak potensi berharga, satu diantaranya adalah potensi lahan pertanian khususnya persawahan di Sulawesi Tenggara. Potensi berharga tersebut apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik bisa menjadi salah satu penyangga ketersediaan stok pangan nasional atau yang dikenal dengan swasembada pangan.

Untuk mewujudkannya, satu per satu sarana dan prasarana dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), salah satunya adalah Bendungan Ameroro. Bendungan yang berlokasi di Kabupaten Konawe tersebut menjadi bendungan kedua di Sulawesi Tenggara, setelah Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur.

PPK Perencanaan Bendungan BWS Sulawesi IV Kendari Agung Permana menjelaskan bahwa pembangunan Bendungan Ameroro merupakan bagian dari pola pengelolaan wilayah Sungai Konaweha. “Disana terdapat beberapa potensi bendungan yang bisa dibangun di Provinsi Sulawesi Tenggara, salah satunya adalah Bendungan Ameroro. Dari dokumen pola tersebut, kemudian ditindaklanjuti dengan studi kelayakan sejak tahun 2015, dilanjutkan dengan detail desain pada tahun 2018, dan sertifikasi pada tahun 2019. Kemudian dimulailah pembangunannya sejak akhir tahun 2020 lalu,” jelas Agung Permana.

Pada kesempatan yang sama, PPK Bendungan II BWS Sulawesi IV Kendari Ryan Rizaldi menjelaskan ke Majalah AIR bahwa Bendungan Ameroro nantinya akan bertipe zona inti lempung dengan kedalaman dari dasar galian sedalam 82 meter. Bendungan Ameroro ini akan memiliki panjang bendungan 324 meter, dengan lebar puncak 12 meter. “Untuk kapasitas tampungan Bendungan Ameroro yaitu 43,44 juta m3, dan luas tampungannya seluas 212 hektar. Bendungan ini direncanakan akan selesai pada tahun 2023 (konstruksi), dan akan mulai dilakukan impounding pada awal tahun 2024,” papar Ryan Rizaldi ke Majalah AIR.

Adapun manfaat dari Bendungan Ameroro diantaranya untuk memberikan pasokan air irigasi seluas 3.363 hektar, menyediakan air baku sebesar 511 liter/detik, mereduksi banjir sebesar 502 m3 per detik, PLTMH 1,3 megawatt dan berpotensi sebagai daerah wisata baru di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Selain itu, proses pembangunan Bendungan Ameroro juga berkontribusi dalam membantu warga lokal yang ikut dilibatkan melalui skema Padat Karya. Untuk skema Padat Karya Tahap 1, warga lokal bertugas mengerjakan pasangan bronjong, dan selanjutnya akan membantu pada pembangunan saluran drainase.

Kehadiran Bendungan Ameroro merupakan suatu kebanggaan bagi warga di sana karena akhirnya bisa memenuhi impian warga Sulawesi Tenggara, khusunya warga Kabupaten Konawe. Pembangunan Bendungan Ameroro merupakan salah satu upaya Ditjen SDA untuk menyiapkan Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi daerah swasembada pangan di Indonesia. (kompusda sandro)

  • kompusda

Share this Post