Indonesia mempunyai potensi sumber daya air yang sangat banyak, 3,906 milyar m3/tahun, terbanyak ke-5 didunia . Namun setiap tahunnya juga dilanda banjir dan kekeringan. Ketika banjir air sangatlah melimpah dan ketika kekeringan air sangatlah sedikit. Dalam mengatasi banjir, terutama di Jakarta diperlukan koordinasi dari semua pihak, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Untuk itu organisasi di bidang sumber daya air, Masyarakat Hidrologi Indonesia (MHI) bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane mengadakan seminar sehari dengan tema Solusi Mengatasi Banjir Jakarta, di Hotel Century Jakarta (301014). Acara ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Mudjiadi, Ketua Umum MHI, Moh. Hasan, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, Mantan Menteri Lingkungan Hidup, Sarwono Kusumaatmaja, Kepala BBWS Ciliwung Cisadane, Iskandar, BPPT, LIPI, BMKG, Dinas PU DKI Jakarta, BNPB dan PT Indra Karya.

 

Ketua Umum MHI, Moh. Hasan mengatakan banjir di Jakarta merupakan banjir yang paling strategis mengingat Jakarta merupakan ibukota negara yang padat penduduknya sehingga rawan terjadi banjir dan beragamnya kegiatan industri perekonomian di Indonesia. Banjir di Jakarta merupakan masalah lama yang sudah puluhan tahun terjadi. “Saat ini banyak sekali pemikiran dan konsep yang terus berkembang dalam penanganan banjir Jakarta. Untuk itu MHI sebagai organisasi yang berkecimpung di dalam bidang sumber daya air sangat peduli dalam penanganan bencana banjir yang melanda Jakarta dan hasil dari seminar ini yang berupa rumusan ilmiah akan disampaikan pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemegang kepentingan lainnya,” kata Moh. Hasan.

 

Dalam sambutan Menteri Pekerjaan Umum yang dibacakan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air,Mudjiadi menyatakan bahwa kejadian banjir di Jakarta merupakan permasalahan yang sangatkompleks, bukan hanya terganggunya siklus hidrologi dan perubahan iklim tetapi juga karena faktor lain seperti pemanfaatan tata ruang dan urbanisasi pemanfaatan tata ruang dipengaruhi oleh pertambahan penduduk danpertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat.

 

“Tentunya permasalahan ini diluar kemampuan teknologi hidrologi dan teknik hidrolika serta sumber daya air, diharapakan dalam diskusi seminar sehari ini semua pihak yang terkait dapat bertukar pikiran antar sektor dan memperoleh teknologi tepat guna untuk mengatasi permasalahan banjir Jakarta,” lanjut Direktur Jenderal Sumber Daya Air.

 

Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, ada sejumlah langkah yang akan diambil oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait upaya penanganan ancaman banjir. Salahsatunya, melakukan normalisasi sungai. Namun, hingga saat ini program tersebut belum bias berjalan secara maksimal, karena masih banyak warga yang nekad tinggal di bantaran sungai.

 

“Warga yang menolak direlokasi dari bantaran sungai masih menjadi kendala utama dalam melakukan normalisasi sungai. Padahal, normalisasi sungai merupakan salah satu prasyarat guna mewujudkan Jakarta bebasbanjir. Untuk itu, Pemprov DKI Jakarta akan segera mempercepat pembangunan rumah susun (rusun) untuk menampung warga yang masih tinggal di bantaran kali tersebut,” ungkap Basuki Tjahaja Purnama.

 

Beliau mengakui bahwa dalam mengatasi banjir di Jakarta harus melibatkan kota mitra sekitar Jakarta seperti Tangerang dan Bogor. Kendati demikian, pihaknya pun bersedia ikut memikul beban kota mitra tersebut.

  • Superman

Share this Post