Hujan yang terus terjadi di Kota Jayapura seminggu terakhir ini menyebabkan beberapa kawasan di Kota Jayapura tergenang. Kawasan Organda Distrik Heram yang merupakan kawasan langganan banjir juga tergenang sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas masyarakat pada kawasan tersebut.
Kepala Balai Wilayah Sungai Papua DR.Ir.Happy Mulya,ME yang melakukan kunjungan ke lokasi Organda Rabu 12 Januari 2017 siang kemarin menjelaskan, kawasan Organda awalnya merupakan kawasan low land (elevasi rendah) yang menjadi lokasi genangan air (tempat tinggalnya air) tetapi sekarang telah berubah peruntukannya menjadi pemukiman (tempat tinggal manusia). Ketika terjadi hujan, air akan mengalir dan mencari tempat tinggalnya, akan tetapi tempat tinggal air tersebut telah tiada. Kemudian ketika hujan meningkat intensitas dan volumenya selanjutnya akan menjadi banjir/ meluap dan menggenangi tempat tinggal manusia (permukiman).
Masih dari penjelasan Happy, semua air yang masuk (inlet) ke Kawasan Organda ini menuju ke kawasan permukiman penduduk, kemudian mengalir melalui drainase dan selanjutnya mengalir menuju ke lokasi air keluar (outlet) di gua alam yang selanjutnya aliran bersatu ke Kali Acai, sedangkan outlet lainnya menuju lorong Hotel 77 Distrik Abepura yang kondisi drainasenya sempit dan sebagian besar telah dipenuhi permukiman penduduk, penuh sedimen dan sampah sehingga menghambat aliran air bahkan terjadi aliran balik (backwater).
Tim Siaga Bencana dari Balai Wilayah Papua (Wilayah Sungai Mamberamo-Tami-Apauvar) beserta Dinas PU Provinsi Papua dan Dinas PU Kota Jayapura telah melakukan penanganan genangan air dengan mendatangkan 7 unit pompa air untuk memompa air yang menggenangi genangan di kawasan Organda dan menggunakan 2 unit alat excavator untuk membuka gua alam yang penuh sedimen, tumbuhan air dan sampah serta menggali sedimen dan sampah sepanjang drainase di kawasan ini, dan hasilnya cukup berhasil untuk mengurangi genangan di kawasan Organda tersebut.
Melalui Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh Asisten II Setda Prov Papua Ellia Loupatty yang dihadiri oleh Kepala SKPD Terkait telah disepakati untuk kawasan Organda ini akan dilakukan Survei, Investigasi dan Desain (SID) terlebih dahulu kemudian akan dilanjutkan pekerjaan fisik bangunannya.
Di hari yang sama Rabu 12 Januari sore, kunjungan dilanjutkan ke kawasan Danau Sentani seperti Pelabuhan Khalkote, mengunjungi dan meninjau kampung-kampung yang tergenang air luapan danau antara lain Kampung Yahim dan Kampung Yoboi di Distrik Sentani. Turut dalam kunjungan lapangan ini antara lain : Asisten II Setda Prov Papua Ellia Loupatty, Plt. Bupati Kab.Jayapura Nikolas Wenda dan Para Kepala SKPD Provinsi Papua dan SKPD Kabupaten Jayapura.
Kepala Balai Wilayah Sungai Papua Happy Mulya yang juga memberikan penjelasan tentang luapan Danau Sentani ini menjelaskan : kejadian banjir/ luapan Danau Sentani seperti ini telah juga terjadi Tahun 2013 lalu, dan informasi dari Bupati Non Aktif Kabupaten Jayapura Mathius Awoitauw ketika itu, air pasang Danau Sentani bukan persoalan baru melainkan persoalan klasik. “Bencana pernah terjadi tahun 50-an dan 60-an. Orang di danau sudah biasa,” katanya. Ada masyarakat sekitar danau yang mengatakan terjadi Tahun 1947, 1967 dan 1996.
Tim Teknis BWS Papua yang pernah melakukan analisa dan kajian meluapnya Danau Sentani Tahun 2013 lalu, menyimpulkan beberapa hasil analisa sebagai berikut : jika 1). Dengan perhitungan curah hujan rata-rata bulanan maksimum, maka untuk menaikkan air setinggi 1 m (seperti genangan yang terjadi) dengan luas Danau Sentani 9630 ha, maka dibutuhkan waktu 3,5 bulan. 2). Jika dari sumber air permukaan ada 14 DAS dengan luas total 620 km2 yang aliran airnya semua ke danau.
Berdasarkan perhitungan ketersediaan air (untuk menaikkan muka air danau 1 m), maka dibutuhkan waktu 62 hari. 3). Jika dari sumber air lainnya (masih hipotesa atau dugaan) dengan adanya wadah air yang besar yang dapat mengisi Danau Sentani dalam waktu singkat, sehingga menyebabkan naiknya air permukaan danau. Dikaji dengan menggunakan peta Cekungan Air Tanah (CAT), Danau Sentani letaknya + 75 m DPL berhubungan dengan CAT Warem Demta yang letaknya +200-400 m DPL yang luasnya ± 412 kali luas Danau Sentani dengan potensi air tanah yang sangat besar. Terdapat banyak patahan/ sesar naik dan turun di sekitar Danau Sentani dan sering terjadinya gempa sehingga diperkirakan/ dugaan, patahan/ sesar tersebut sewaktu-waktu terbuka, sehingga air tanah dari CAT Warem Demta akan mengisi Danau Sentani yang terletak di bawahnya. Memang diperlukan kajian yang lebih komprehensif dan detail untuk mengetahui phenomena kenaikan air di Danau Sentani ini, kata Happy.
Untuk mempercepat turunnya permukaan air danau, telah dikaji untuk memperbesar satu-satunya outlet danau di Jaifuri. Tetapi dari pengambilan contoh tanah di sekitar outlet Jaifuri, menunjukkan material tanah bersifat material lepas dan erosif sehingga sangat riskan bila diusik. Oleh sebab itu tidak direkomendasi untuk membuka alur outlet lebih lebar. Beberapa contoh danau yang kering karena dieksploitasi dan/ atau karena adanya patahan/ sesar dan gempa. Seperti Danau Ayamaru di Papua Barat dan salah satu danau besar di Cina, sekarang menjadi kering.
Pengalaman Tahun 2013 lalu untuk mempercepat turunnya permukaan air danau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah melakukan pembersihan kayu-kayu besar dan sampah-sampah yang menghambat aliran air di outlet Jaifuri, dan selang beberapa hari permukaan air danau bisa turun, kata salah satu staf BPBD yang juga ikut dalam rombongan kunjungan lapangan ini. Adapun altenatif upaya lainnya adalah membangun bangunan dan rumah baru di sekitar danau yang beradaptasi dengan kenaikan permukaan air maksimum. Informasi mengenai elevasi air danau tertinggi dapat diperoleh dari orang-orang tua yang masih hidup sampai dengan saat ini.
Perlakuan dan eksploitasi terhadap Danau Sentani harus dilaksanakan dengan lebih bijaksana dan membicarakan Danau Sentani juga harus membicarakan Pegunungan Cycloop dan kawasan sekitar danau sentani, karena merupakan satu kesatuan ekosistem, jelas Happy mengakhiri penjelasannya.
Penulis : Hendra Kidding Allo
Editor : Kuji Murtiningrum
- bws-papua