Meningkatkan kesadaran masyarakat di Indonesia bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan memberdayakan mereka untuk ikut terlibat langsung dengan program pembangunan yang dirancang. Inilah yang menjadi esensi dari program Padat Karya Tunai yang sedang dijalankan dimasa pemerintahan Jokowi. Sebagai salah satu pilar dalam pemerintahan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun serius menanggapi dan menjalankan program tersebut. Melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), program ini dikembangkan melalui pemeliharaan saluran irigasi tersier yang melibatkan petani dan masyarakat.
Ingin tahu bagaimana pelaksanaannya di lapangan, Presiden Jokowi pun meninjau beberapa lokasi yang terpilih untuk program Padat Karya Tunai tersebut, salah satunya Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Kunjungan kerja yang dilakukan pada Senin, 22 Januari 2018 ini merupakan kunjungan keempat Presiden Jokowi terhadap program Padat Karya Tunai bidang sumber daya air, yang mana sebelumnya telah meninjau Tasikmalaya, Tegal dan Lampung. Dalam kunjungannya, ia turut didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Gubernur Sumatera Selatan Alex Nurdin, Dirjen Sumber Daya Air Imam Santoso, Kepala BBWS Sumatera VIII Suparji beserta pejabat pemerintah lainnya.
Dalam penjelasannya kepada Presiden Jokowi, Imam menjelaskan program Padat Karya dengan metode swakelola di Desa Banyu Urip ini dikerjakan oleh 125 orang pekerja yang akan berlangsung selama 50 hari. “Untuk upah para pekerja sebesar 90 ribu rupiah per hari, berbeda dengan standar upah dengan daerah program Padat Karya Tunai lainnya, karena disesuaikan dengan standar kebutuhan di masing-masing daerah dan kesepakatan dengan masyarakat yang menjadi pekerja,” jelas Imam.
Manfaat dari program Padat Karya Tunai diantaranya akan meningkatkan peredaran uang di daerah, meningkatkan pendapatan harian para petani diluar hasil panen sehingga tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat di desa bisa meningkat. Disamping itu para petani akan lebih menjaga kondisi saluran irigasi tersier mereka karena terlibat langsung dalam kegiatan pemeliharaan perbaikan irigasi sehingga produksi pangan nantinya akan meningkat.
Suparji selaku Kepala BBWS Sumatera VIII turut menambahkan bahwa pemeliharaan saluran irigasi tersier melalui program Padat Karya Tunai ini bisa meminimalisir kehilangan air, sehingga air bisa lebih banyak mengalir ke sawah. “Terkait pemilihan lokasi, P3A masing-masing daerah mengusulkan lokasi mereka, yang kemudian dilakukan pengecekan terhadap status badan hukum P3A, kelembagaan dan kondisi sawah oleh Balai. Setelah itu, Balai memilih lokasi yang memenuhi syarat untuk kemudian diusulkan ke tingkat pusat. Balai juga melakukan pembinaan dan pendampingan reguler ke P3A yang terpilih menjalankan program Padat Karya Tunai,” tutur Suparji kepada rekan media. Program ini diharapkan bisa memotivasi para petani agar kedepannya semakin semangat dalam memelihara saluran tersier. (dro/ket KompuSDA)
- kompusda