Dalam rangka meningkatkan keandalan prasarana irigasi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR melakukan pembangunan irigasi baru 1 juta ha dan rehabilitasi irigasi 3 juta ha. Untuk pembangunan 1 juta ha terdiri dari irigasi permukaan 675 ribu ha, irigasi rawa 210 ribu ha, irigasi tambak 115 ribu ha dan irigasi air tanah 19.673 ha, sedangkan untuk rehabilitasi irigasi 3 juta ha yaitu irigasi permukaan 1,86 juta ha, irigasi rawa 1,02 juta ha, irigasi tambak 112 ribu ha dan irigasi air tanah 34.282 ha.
“Saat ini terdapat 13 provinsi lumbung pangan yaitu Aceh, Sumut, Sumsel, Sumbar, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Kalsel, Kalbar, Sulsel dan Sulteng. Namun tetap saja ada kendala yang harus kita hadapi seperti meningkatnya ancaman kekeringan dan banjir yang disebabkan oleh perubahan iklim dan kerusakan lingkungan; rendahnya keandalan air irigasi dimana hanya 10,7% luas irigasi permukaan yang airnya dijamin oleh waduk, sisanya sebesar 89,3% mendapat air dari river run off; tingginya laju alih fungsi lahan sawah, laju alih fungsi periode 1981-1999 sebesar 90.417 ha/tahun sedangkan periode 1999-2002 sebesar 187.720 ha/tahun (sumber : BPS 2004),“ jelas Imam Santoso saat diwawancarai oleh Media Tempo Online News, di Jambi (110317).
Lanjut Imam, strategi yang dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut Direktorat Jenderal SDA dari segi manajemen dengan melaksanakan O&P Partisipatif dan meningkatkan kinerja kelembagaan irigasi sedangkan dari segi prasarana dengan membangun, meningkatkan dan merehabilitasi jaringan irigasi dan sinkronisasi program Kementerian PUPR-Kementerian Pertanian tentang cetak sawah dan tersier. Dan dari segi air, dengan membangun waduk, embung dalam rangka peningkatan kapasitas tampungan air.
Berkaitan dengan sinkronisasi program Kementerian PUPR dan Kementerian Pertanian, Direktur Jenderal SDA mengatakan bahwa dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi peran Kementerian PUPR adalah ketersediaan air, bendung, saluran primer dan saluran sekunder dan pembinaan P3A dan peran Kementerian Pertanian adalah cetak sawah, penyediaan sarana produksi padi (SAPRODI) dan pembinaan kelompok tani. Petani berperan untuk pengembangan dan pengelolaan jaringan tersier.
“Selain sinkronisasi tersebut, kami juga melakukan kerjasama dengan pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota diantaranya pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1000 ha – 3000 ha dan daerah irigasi lintas daerah kabupaten/kota serta pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi ang luasnya kurang dari 1000 ha dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota,” kata Imam.
Dengan adanya rencana penambahan kapasitas tampung (65 bendungan) dalam kurun waktu 2015-2019 yang semula 12,5 milyar m3 menjadi 19,41 milyar m3 dengan rincian untuk irigasi selas 400.852 ha, pengendalian banjir 19.319 m3/det, air baku 62,05 m3/det dan listrik 356,29 MW (tin/ket kompuSDA)
- kompusda