Direktur Jenderal Sumber Daya Air Jarot Widyoko melakukan kunjungan kerja ke Bendungan Sadawarna pada 14 Oktober 2021 untuk meninjau progres pembangunan bendungan tersebut, serta memberi arahan ke para pelaksana terkait tantangan yang dihadapi di lapangan.
Bendungan Sadawarna yang terletak di Desa Sadawarna, Kecamatan Surian Kabupaten Sumedang merupakan upaya pengelolaan sumber daya air yang telah direncanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) untuk mengatasi kebutuhan air yang semakin meningkat, juga untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan pengendalian banjir di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Tahapan pembangunan dari bendungan ini terdiri dari 2 paket, yaitu paket I yang berfokus untuk membangun bendungan utama, bangunan pengelak, bangunan pengambilan dan bangunan hidromekanikal, serta paket II yang berfokus untuk membangun jalan masuk bendungan, jalan lingkar, relokasi jalan, bangunan pelimpah, dan bangunan fasilitas lainnya.
Dirjen SDA Jarot Widyoko menyampaikan ke para pelaksana untuk memperhatikan terkait value engineering dari pembangunan bendungan tersebut, dan menggunakan jasa konsultan yang tepat. “Semuanya harus dihitung dengan teliti terkait manfaat yang akan dihasilkan dari bendungan ini, mulai dari manfaat untuk air baku, irigasi, pengendalian banjir, dan juga pembangkit tenaga listrik. Semua value tersebut akan menjadi daya tarik bagi para investor nantinya, baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,” terang Dirjen SDA Jarot Widyoko.
Bendungan Sadawarna yang sedang dibangun oleh BBWS Citarum ini rencananya akan selesai pada tahun 2022. Ada 6 grup yang dibagi kedalam 2 shift per harinya. Saat ini, kendala yang dihadapi adalah hujan yang kerap datang pada malam hari sehingga menghambat proses pembangunan bendungan. Bendungan Sadawarna nantinya akan bermanfaat sebagai pereduksi puncak debit banjir sekitar 117 m3/detik (13%), pemb angkit listrik sebesar 3 MW, pemasok air untuk Daerah Irigasi bagi daerah Indramayu sebesar 2.000 hektare dan Subang sebesar 2.284 hektare, dan untuk memenuhi kebutuhan air baku bagi wilayah Indramayu sebesar 0,5 m3/detik, Subang sebesar 0,5 m3/detik, dan Sumedang 0,2 m3/detik.
Terkait kincir angin yang rencananya akan dibangun pada bendungan tersebut, Dirjen SDA Jarot Widyoko mengingatkan agar dilakukan perhitungan dengan teliti untuk manfaat yang dihasilkan. “Ide kincir angin ini bagus, akan jadi satu inovasi baru dan ciri yang unik dari Bendungan Sadawarna, tapi tolong dihitung dengan detail semuanya, berapa watt energi terbarukan yang bisa dihasilkan dan juga pengelolaannya. Jangan cuma jadi hiasan saja nantinya. Perlu diperhatikan juga landscape dan tata letak bangunan fasilitas lainnya agar bendungan ini bisa berpotensi menjadi salah satu daerah wisata baru di Kabupaten Sumedang,” jelas Dirjen SDA Jarot Widyoko.
Tak lupa Direktur Jenderal Sumber Daya Air Jarot Widyoko menyampaikan amanat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono bahwa setiap pembangunan bendungan harus diikuti dengan program penanaman pohon sebanyak 5.000 batang yang memiliki tinggi 2 hingga 3 meter. “Pergunakan anggaran dengan bertanggung jawab. Diperhatikan landscape dari bangunan fasilitas yang akan dibangun agar tetap efektif dan efisien. Dan tetap patuhi protocol kesehatan selama pekerjaan berlangsung, biar tetap sehat dan selamat,” pesan Dirjen SDA Jarot Widyoko. (kompusda sandro/panji)
- kompusda