
Pemerintah Indonesia saat ini sedang berupaya mencapai swasembada pangan dengan melakukan perbaikan di berbagai sektor. Salah satu sektor kunci dalam upaya ini adalah pengelolaan air irigasi rawa. Lahan rawa, yang sering dianggap tidak produktif, sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadi sumber daya pertanian yang berkelanjutan jika dikelola dengan tepat. Dari total 34,1 juta hektar lahan rawa di Indonesia, diperkirakan 9,52 juta hektar diantaranya dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian.
Dirjen SDA, Lilik Retno Cahyadiningsih, melakukan kunjungan langsung ke daerah irigasi rawa di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah pada 21-23 Februari 2025. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya monitoring dan evaluasi, serta bertujuan untuk berdiskusi dengan petugas lapangan mengenai tantangan dan masalah dalam pengelolaan daerah irigasi rawa (DIR) untuk mendukung swasembada pangan nasional.
Saat meninjau DIR Anjir Serapat di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan Lilik menegaskan pentingnya pemanfaatan DIR Rawa Anjir Serapat untuk meningkatkan produksi padi nasional. "Lokasi ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian produktif. Dengan dukungan infrastruktur irigasi yang baik, kita dapat mendorong peningkatan luas tanam dan produktivitas padi," tambahnya.
Lilik menekankan pentingnya pemanfaatan Daerah Irigasi Rawa (DIR) Anjir Serapat untuk meningkatkan produksi padi nasional saat meninjau DIR tersebut di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. “Dengan dukungan infrastruktur irigasi yang baik, lokasi ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian produktif sehingga kita dapat mendorong peningkatan luas tanam dan produktivitas padi,” imbuhnya.
Dengan saluran primer sepanjang 14.991 m dan saluran sekunder sepanjang 141.915 m DIR Anjir Serapat dapat melayani kebutuhan air untuk irigasi hingga 7.543,98 hektare, diharapkan kedepannya DIR Anjir Serapan dapat memperkuat ketahan pangan di Kalimantan Selatan.
Selain DIR Anjir Serapan, Lilik melanjutkan peninjauan juga ke DIR Dadahup di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. Ditjen SDA telah selesai menyiapkan jaringan irigasi baik primer, sekunder, maupun tersier sehingga dapat dilakukan pencetakan sawah di lahan seluas 21.226 hektare. Sistem tata air DIR Dadahup akan beroperasi secara gravitasi dan didukung oleh pompa, baik itu untuk suplai air irigasi maupun drainase.
Ditjen SDA melalui Balai Wilayah Sungai Kalimantan II, telah melakukan running test sistem tata air DIR Dadahup. Running test dilakukan guna memastikan pola operasional sistem dapat berjalan dengan baik.
Uji coba penanaman padi seluas 26 hektar telah dilaksanakan untuk memastikan kecukupan air di lahan. Keberhasilan sistem tata air yang diuji coba dibuktikan dengan hasil panen padi sebesar 4,23 ton.
Dalam kunjungannya, Lilik memastikan langkah koordinasi yang dilakukan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI-Polri dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan program swasembada pangan.
"Kolaborasi semua pihak sangat penting untuk memastikan bahwa infrastruktur irigasi berfungsi optimal dan petani mendapatkan dukungan penuh dalam mengelola lahan pertanian”, ujarnya.
Lilik menegaskan bahwa laporan pelaksanaan pekerjaan merupakan hal yang penting. Laporan ini dapat menjadi acuan dan informasi untuk evaluasi, sehingga kualitas pekerjaan dan program mendatang dapat sesuai dengan target.
“Balai harus selalu mengupdate data pelaksanaan di lapangan, sehingga pelaksanaan kedepannya dapat terlaksana sesuai dengan kriteria holtikultural, tata air, dan penentuan tanaman yang tepat pada lokasi yang telah ditentukan”, ujar Lilik
DIR Anjir Serapat dan DIR Dadahup merupakan sebagian lokasi dalam pelaksanaan OPLAH yang bertujuan untuk meningkatkan luas tanam dalam rangka mendukung swasembada pangan nasional.
- Kompu SDA