Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi pembangunan untuk mengintegrasikan gender menjadi salah satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. Strategi ini diperlukan untuk memastikan semua lapisan masyarakat bisa terlibat dalam proses pembangunan sehingga diharapkan pembangunan yang dilaksanakan bisa bermanfaat untuk semua. Dalam rangka penerapan strategi ini, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) melalui Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan (O&P) kembali menyelenggarakan Workshop bertema Pengembangan Infrastruktur Responsif Gender Bidang Sumber Daya Air pada 9-11 Agustus 2017 di Padang, Sumatera Barat.

 

Direktur Bina Operasi & Pemeliharaan Agung Djuhartono yang hadir membuka acara ini menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja Kelompok Kerja II Pengarusutamaan Gender dalam mendukung Pengembangan Infrastruktur Responsif Gender bidang Sumber Daya Air. “Keberhasilan suatu pembangunan tidak dinilai dari proporsi laki-laki dan perempuan, melainkan dari terakomodasinya kebutuhan semua kelompok,”ujar Agung dalam sambutannya.

 

Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Lolly Martina Martief yang hadir sebagai pembicara pada workshop tersebut menambahkan, saat ini yang menjadi isu strategis dalam pengembangan infrastruktur sumber daya air responsif gender adalah kurangnya pemahaman terhadap implementasi konsep gender dan perlunya sensitivitas pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan tiap kelompok masyarakat yang berbeda. “Menanggapi berbagai isu strategis tersebut, Pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terus menggalakkan implementasinya dalam pembangunan infrastruktur melalui SIDLACOM (Survey, Investigation, Land Acquisition, Construction, Operation and Maintenance),” jelas Lolly dalam paparannya.  

 

Ditjen SDA terus menggalakkan program tersebut melalui pengembangan infrastruktur sumber daya air responsif gender, diantaranya penyediaan akses terhadap air baku yang umumnya jauh dan sulit dicapai, peningkatan akses informasi atas kualitas air baku, sungai, waduk, dan embung, partisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan dan pemeliharaan sumber air, pelibatan perempuan dalam pemeriksaan baku mutu air, pelibatan perempuan sebagai Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) P3-TGAI, pelibatan perempuan sebagai petugas O&P Irigasi (pengamat dan juru irigasi). (dro KompuSDA)

  • kompusda

Share this Post