Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) merekomendasikan pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada bulan Juni-Juli untuk pengisian 43 bendungan di Pulau Jawa yang mengalami penurunan volume tampungan akibat terjadinya El Nino yang berdampak pada mundurnya musim hujan.

“TMC merupakan upaya Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dalam rangka mitigasi dampak musim kemarau yang merupakan bagian dalam pengelolaan sumber daya air,” sebut Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan (OP) Ditjen SDA Adek Rizaldi.

Volume tampungan bendungan di Pulau Jawa menurun sekitar 19% atau sebesar 981,5 juta meter kubik air. Salah satu hal yang paling mengkhawatirkan dari menurunnya jumlah air di waduk ini adalah berkurangnya pasokan air untuk irigasi, yang akan berefek pada menurunnya luasan layanan irigasi pada masa tanam. Ditjen SDA mencatat defisit tampungan waduk dapat mengakibatkan terjadi penurunan luasan masa tanam ke-3 sebesar 73% atau 398,102 Ha bila dibandingkan dengan luasan fungsional.

Pelaksanaan TMC diharapkan dapat mengisi defisit volume tampungan dan menjaga ketersediaan air selama Masa Tanam 2 agar petani tetap dapat panen dan menambah rencana layanan irigasi untuk Masa Tanam 3.

Secara singkat, prinsip kerja TMC adalah memberikan inti kondensasi ke dalam awan melalui penyemaian awan sehingga memperbesar potensi awan berubah menjadi air hujan. Awan yang disemai adalah awan yang memiliki potensi hujan dengan memperhatikan beberapa parameter cuaca seperti kelembapan udara dan arah angin agar hujan dapat turun di bendungan yang menjadi target.

TMC direncanakan dilakukan dengan 1-3 sorti (terbang) dalam 1 hari, dengan bahan semai seberat  800 kg garam dalam sekali penyemaian. Bukan sembarang garam yang dapat disemai, garam tersebut harus berukuran 50 mikron, dalam kondisi kering, dan food grade. Garam food grade bertujuan agar tidak mencemari lingkungan.

Pelaksanaan TMC sendiri merupakan kerja sama antara Ditjen SDA Kementerian PUPR melalui Direktorat Bina OP, Deputi Modifikasi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), TNI Angkatan Udara, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT).

Pelaksanaan TMC dilakukan dengan tahapan berikut:

  1. BMKG menyediakan informasi prediksi potensi awan di Pulau Jawa yang berpeluang untuk terjadi hujan;
  2. Ditjen SDA menginformasikan target bendungan yang memerlukan tambahan tampungan, BRIN membuat rencana penerbangan, dan bersama dengan TNI AU melaksanakan proses penyemaian awan;
  3. Setelah pelaksanaan penyemaian awan, BMKG dan BRIN akan melakukan monitoring hasil penyemaian dan terjadinya hujan;
  4. Kemudian Ditjen SDA akan melakukan monitoring curah hujan, tinggi muka air waduk, volume tampungan, inflow, outflow selama 24 jam serta melakukan analisis terkait tambahan air dan potensi layanan dengan volume efektif terkini;
  5. Terakhir, tim gabungan melakukan evaluasi pelaksanaan TMC setiap harinya;

Tahapan di atas dilakukan berulang sampai TMC dinyatakan selesai, jika tidak ada potensi awan, atau bila tampungan waduk sudah mencukupi.

43 bendungan yang direkomendasikan tersebar di beberapa wilayah sungai, yaitu 5 di wilayah sungai Cimanuk Cisanggarung, 11 di wilayah sungai Bengawan Solo, 16 di wilayah sungai Pemali Juana, 2 di wilayah sungai Serayu Opak, 1 di wilayah sungai Brantas, 3 berada di bawah kewenangan Perusahaan Umum Jasa Tirta II, dan 5 berada di bawah kewenangan Perusahaan Umum Jasa Tirta I.

(KompuSDA/kty)

  • kompusda

Share this Post