Himpunan Ahli Teknik Hidraulika Indonesia (HATHI) menggelar Program Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXXIII dan Kongres XII di Semarang pada 25-27 November 2016. Tema yang diambil dalam penyelenggaraan PIT XXXIII dan Kongres XII ini adalah “HATHI Menjawab Tantangan Perubahan Iklim Untuk Mewujudkan Ketahanan Air Nasional”. Tema tersebut sangat relevan dengan kondisi tanah air saat ini, di mana masyarakat Indonesia membutuhkan ketahanan air untuk menjawab tantangan kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat.

 

Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HATHI merupakan agenda rutin para ahli teknik hidraulik Indonesia. Forum ini merupakan media komunikasi profesi dalam rangka meningkatkan kapasitas dan tanggung jawab keilmuan untuk menghadapi tantangan saat ini dan masa datang. Acara yang dihadiri oleh tiga Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terdahulu, tujuh Direktur Jenderal Sumber Daya Air terdahulu, dan 300 peserta ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam penyelesaian permasalahan bencana akibat daya rusak air di Indonesia, sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim dalam mewujudkan ketahanan air nasional.

 

Dalam sambutannya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan bahwa beberapa dekade terakhir, dunia mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat dan urbanisasi cukup besar yang berdampak antara lain pada peningkatan kebutuhan infrastruktur yang memadai untuk mengakses air dan berakibat pada pencemaran air. Selain kebutuhan air meningkat, kebutuhan pangan pun meningkat. Dengan demikian, pada tahun-tahun mendatang, kita akan berhadapan dengan tantangan berupa masalah krisis air dan kekurangan pangan. Untuk menjawab tantangan itu, Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mewujudkan ketahanan air dan kedaulatan pangan, disamping ketahanan energi. Implementasi kebijakan tersebut sampai dengan tahun 2019 diwujudkan melalui berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di bidang sumber daya air, yaitu pembangunan 65 bendungan baru.

 

“Saat ini, Kementerian PUPR masih memiliki tantangan untuk segera menyelesaikan Standard Operation Procedure (SOP) for Reservoir Operation dari 3 reservoir (waduk) yaitu Cirata, Saguling dan Jatiluhur. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketahanan air melalui waduk yang nantinya berguna untuk penyediaan air minum, pembangkit tenaga listrik, mengairi daerah irigasi untuk pertanian dan pengendalian banjir. Khusus untuk pertanian, dengan adanya pembangunan 65 waduk baru, diharapkan bisa meningkatkan jaminan air untuk irigasi dari 11% menjadi 19%,” jelas Basuki.

 

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Imam Santoso menambahkan peran Ditjen SDA dalam menjaga kecukupan air akan mendukung target pencapaian program Nawacita yaitu swasembada pangan. Dengan kecukupan air yang berkelanjutan tentunya akan meningkatkan intensitas tanam sehingga produksi pangan akan naik. Selain itu, pembangunan bendungan yang gencar dilakukan Ditjen SDA bertujuan untuk menampung curah hujan yang terus meningkat di musim penghujan yang nantinya akan mengurangi bencana banjir yang semakin sering terjadi di Indonesia.

 

“Tidak itu saja, Ditjen SDA memiliki 33 Balai Wilayah Sungai yang tersebar di seluruh Indonesia yang siap siaga melakukan penanganan darurat sementara apabila terjadi bencana banjir. Kami telah meyediakan posko yang siaga selama 24 jam, melakukan pemeriksaan rutin terhadap peralatan seperti pompa dan menyediakan pasokan karung dan bronjong yang memadai. Setelah dilakukan penanganan darurat sementara, baru akan dikaji untuk dilakukan penanganan permanen seperti pembangunan atau perbaikan tanggul yang rusak”, tambah Imam. (dro kompuSDA)

  • kompusda

Share this Post