Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) bertanggung jawab untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan dibidang pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan berkelanjutan. Didalamnya terdapat beberapa pilar diantaranya konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak untuk meminimalir dampak yang diakibatkan bencana, salah satunya banjir yang terjadi di Jakarta dan Jawa Barat.
Salah satu upaya yang dilakukan Ditjen SDA untuk hal tersebut yaitu dengan membangun dua bendungan kering pertama di Indonesia, yaitu Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi yang dikerjakan oleh BBWS Ciliwung Cisadane. Saat ini kedua bendungan yang terletak di Bogor tersebut masih dalam tahap pembangunan.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan, Bendungan Sukamahi dan Ciawi merupakan dry dam yang memang khusus dibangun untuk mengendalikan atau untuk pengendali banjir saja. Sebagai bendungan kering, maka pengoperasiannya akan berbeda dengan bendungan lain, di mana kedua bendungan ini baru akan digenangi air pada musim hujan. Sementara pada musim kemarau bendungan ini kering. "Dua bendungan ini tidak akan menampung air, karena air hujan hanya ditampung sementara dan dialirkan sekecil mungkin ke Sungai Ciliwung, sehingga diatur debitnya yang harus mengalir saat musim hujan," kata Menteri Basuki saat menjadi narasumber Rapat Koordinasi dan Pembangunan Nasional (Rakorbangnas) BMKG, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Bendungan kering di Ciawi dan Sukamahi merupakan yang pertama kalinya dibangun di Indonesia sebagai upaya merespon risiko bencana hidrometeorologi di Jakarta dan sekitarnya. Pengoperasian bendungan akan menggunakan Aplikasi Sistem Manajemen Air Terpadu (SIMADU) Kementerian PUPR dengan memanfaatkan data klimatologi dari BMKG yang menampilkan laporan kejadian banjir/kekeringan, prakiraan cuaca dan hari tanpa hujan, termasuk prakiraan banjir dan kekeringan.
Bendungan Ciawi dibangun dengan kapasitas tampung 6,05 juta m3 dengan debit banjir 111,75 m3/detik dan luas genangan sebesar 39,40 hektar. Sementara Bendungan Sukamahi memiliki kapasitas tampung 1,68 juta m3 dengan debit banjir 15,47 m3/detik. Bendungan ini merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir di Ibukota Jakarta sebagai wujud komitmen Kementerian PUPR untuk pengendalian banjir dari hulu hingga hilir Sungai Ciliwung. Jika kedua bendungan ini telah beroperasi, akan mereduksi banjir sekitar 11,9 persen. Progres fisik untuk kedua bendungan tersebut sudah di atas 75%.
Selain pembangunan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi, untuk pengendalian banjir Sungai Ciliwung (dari hulu ke hilir) juga ada kegiatan yang lainnya yang dilakukan oleh BBWS Ciliwung Cisadane yaitu normalisasi Sungai Ciliwung, Sudetan Ciliwung ke KBT, Penambahan Pintu Air Manggarai, Penambahan Satu Pintu Air Karet dan Peningkatan Kapasitas Sungai Ciliwung Lama. (kompusda sandro)
- kompusda