Embung Sidodadi yang berlokasi di Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu, merupakan embung yang unik karena berada di tengah – tengah sawah. Dan embung ini merupakan embung yang didambakan oleh masyarakat setempat sejak lama, karena pembangunan embung ini memakan waktu 3 tahun, berawal dari tahun 2016 dan selesai tahun 2018, dan hari ini , Senin, 18 Maret 20019, diresmikan oleh Direktorat Jenderal SDA melalui BBWS Citarum yabg berkerjasama dengan pemerintah Kabupaten Indramayu.
“Pembangunan embung inj dilatarbelakangi oleh kurangnya air untuk mengairi irigasi masyarakat. Sebelum ada embung ini masyarakat terutama para petani kesulitan untuk meengairi sawahnya pada saat musim kemarau. Alhasil produksi padi petani tidak maksimal dan pendapatan petani belum bisa ditingkatkan. Namun saat ini dengan adanya Embung Sidodadi para petani dapat mengairi sawahnya pada musim kemarau karena embung ini mempunyai luas 3,2 ha dengan volume tampungan 90.000 m3 dan sumber air dari embung ini adalah berasal dari mata air, saluran pembuangan saluran sungai Kadanghaur dan Sungai Cipancuh,” jelas Direktur OP, Agung Djuhartono mewakili Direktur Jenderal SDA, di Indramayu, Jawa Barat.
Embung Sidodadi mempunyai manfaat untuk mengairi sawah seluas 900 ha utk 3000 KK, air baku dan pariwisata. Pembangunan embung ini dibiayai oleh APBN senilai Rp. 25 milyar dengan 3 tahap pelaksanaan dari tahun 2016 – 2018.
Bupati indramayu yang diwakili oleh Asisten Pembangunan Ekonomi dan Kesra Setda Kabupaten Indramayu, Maman Kostaman, Embung Sidodadi adalah dambaan masyarakat setempat. “Pemkab indramayu sebagai penyangga ketahanan pangan dan tergantung pada infrastruktur yang ada meskipun sudah ada waduk jatigede dan waduk cipanas, tetap kita harus membenahi semua infrastruktur sumber daya air yang ada agar hasilnya maksimal dan sampai ke masyarakat. Untuk itu kami mengapresiasi semua yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal SDA Kementerian PUPR yang dikerjakan oleh BBWS Citarum. Semoga kedepannya masih terus dilakukan sinergitas antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi dan tentunya dari para petani yang akan memanfaatkan embung ini untuk kebutuhan irigasi,” kata Maman Kostaman.
Indramayu adalah andalan untuk target kebutuhan pangan nasional. Indramayu menuju swasembada pangan sehingga sedikit demi sedikit kita dapat mandiri utk ketahanan pangan, untuk itu menurut Maman Kostaman, Pemerintah Kabupaten Indramayu sedang menyediakan lahan seluas 92.370 ha utk lahan ketahanan pangan yang lahannya tidak boleh dialihfungsikan dan saat ini sednag disiapkan semua perangkatnya termasuk peraturannya.
Sementara Direktur OP, Agung Djuhartono, mengatakan bahwa embung ini sesuai dengan program Presiden Jokowi untuk meningkatkan perekonomian petani. Untuk itu dengan berkembangnya embung ini nantinya saya harapkan masih dijaga juga jangan hanya jadi tempat pariwisata dan semoga bisa 2 kali panen dalam setahun atau bertambah jadi 3 kali dalam setahun secara berkelanjutan sehingga dapat terus meningkatkan pendapatan petani. “Program seperti ini selalu dilaksanakan di semua provinsi di Indonesia. Dan sebenarnya saat ini pepemrintah berusaha membantu para petani di Indonesia nelalui program P3TGAI untuk menjaga dan merawat saluran tersier yang sebenarnya menjadi tanggung jawab petani. Saya mengharapkan agar program ini dapat lebih banyak lagi memberdayakan petani dan dapat meningkatkan perekonomian petani,” ujar Agung Djuhartono.
Anggota Komisi V DPR RI Yoseph Umar Hadi mengatakan, acara ini sebenarnya merupakan wadah untuk dialog yang konstruktif dan sebagai penyampaian aspirasi tentang infrastruktur sumber daya air. Embung ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat setempat terutama para petani. “Kita memfasilitasi masyarakat untuk menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak, komunikasi juga salah satu fungsi.untuk mewujudkan cita-cita sehingga masyarakat dapat menyampaikan keinginannya dan harapannya untuk menuju yang lebih baik dan terealisasi dengan baik,” lanjut Yoseph Umar Hadi.
Koordinasi Berkelanjutan
Menurut Kepala BBWS Citarum, Bob Arthur Lombogia, bahwa embung ini merupakan inisiasi para kuwu, camat dan pemerintah daerah yang proaktif ingin agar permasalahan air khusus untuk irigasi dapat diberikan solusi oleh pemerintah pusat. “Hal ini membuat koordinasi kami dengan pemerintah setempat menjadi lebih mudah dan difasilitasi dengan lahan masyarakat desa. Dan untuk kewajiban monitoring konstruksi dari embung ini agar dapat tetap dimanfaatkan oleh masyarakat seterusnya,” imbuh Kepala BBWS Citarum.
Hal tersebut senada dengan yang diutarakan oleh Komaruddin, Kuwu Desa Sidadadi, yang menyatakan bahwa sebenarnya embung ini diawali inisiatif para petani Desa Sidadadi, yang sudah sangat lama memdambakan solusi dari permasalahan air untuk irigasi. “Awalnya sawah-sawah yang ada di desa ini adalah sawah tadah hujan dan kami merasa prihatin biaya produksi untuk sawah tinggi sekali dan penghasilannya tidak maksimal dan saat itu 1 hektar paling banyak menghasilkan 4 ton sehingga kalau dihitung secara produksi tidak maksimal, sehingga kami mengajukan ke pemerintah solusinya agar dibangun infrastruktur sumber daya air bagi desa kami yaitu dengan menggunakan tanah desa seluas 4 ha. Kami mengajukan proposal dengan bantuan pak Yoseph Umar Hadi yang akhirnya dapat dibantu oleh BBWS Citarum Direktorat Jenderal SDA Kementerian PUPR. Mudah-mudahan dengan adanya embung ini Desa Sidadadi dapat meningkatkan produksi selain padi padi mudah mudahan dapat menanam palawija,” ungkap Pak Komaruddin. (KompuSDA•tin/nan)
- kompusda