Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang diwakili Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Mudjiadi memukul gong sebagai tanda dimulainya The 1st General Assembly for Asia Water Council di Nusa Dua, Bali pada hari kamis (24/2). Asia Water Council (AWC) dibentuk melalui forum Asian Water High Level Round Table (AWHot) yang diinisiasi oleh Indonesia, Jepang, Korea, Laos, Nepal, Mongolia, Singapura, Thailand, Uzbekistan dan Perancis sebagai perwakilan dari World Water Forum.  

“Permasalahan di Asia berbeda dengan benua lainya. Asia memiliki curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan masalah banjir. Lalu tanaman padi, sebagai sumber bahan makanan pokok penduduk di Asia  juga terkait dengan kebutuhan air irigasi. Selain itu arus urbanisasi menambah rumitnya (kompleks) permasalahan air,” tutur Mudjiadi.

 â€œKita berkumpul membentuk AWC ini bertujuan untuk bertukar informasi dan tantangan yang dihadapi berbagai negara di Asia. Permasalahan ini kita kumpulkan dan kita angkat ke level lebih tinggi seperti PBB dan Earth Summit, sehingga permasalahan yang terjadi di Asia menjadi perhatian. Bila sudah menjadi agenda utama dan perhatian dunia, maka sumber pendanaan lebih banyak, Kehadiran AWC akan memiliki kontribusi terhadap solusi yang paling efisien, efektif dan berkelanjutan dalam manajemen sumber daya air yang bijak baik untuk perkotaan, kebutuhan industri dan swasta.” ucap Direktur Jenderal SDA. Kehadiran AWC tidak hanya seminar namun juga akan ada langkah konkrit yang dilakukan, “Kita usulkan pilot project untuk Water Management in Urban Area di Jabodetabek,” lanjut Mudjiadi.

Dalam sambutannya Gubernur Bali, Made Mangku Pastika yang dibacakan oleh wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengatakan bahwa pertemuan ini memiliki posisi yang sangat penting dalam membahas sumber daya air di Asia, selain itu diharapkan mampu mendorong dan mendukung pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dengan melibatkan semua pihak di Asia.

“Strategi-strategi yang nanti dihasilkan dalam pertemuan ini harus dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik dan merata, serta pengelolaannya menjadi lebih baik,” kata Pastika. Dalam kesempatan tersebut Pastika mengucapkan selamat datang kepada para peserta dan berharap suasana Bali mampu memberikan inspirasi dan inovasi yang tinggi dalam memecahkan dan mencarikan solusi terhasap permasalahan sumber daya air tersebut.

Acara yang digelar pada hingga tanggal 26 Maret 2016 ini dihadiri oleh Menteri SDA Bangladesh, Muhammad Nazrul Islam, Sekretaris Internasional Hidrologi Program (IHP) dan Direktur Divisi Ilmu Air, UNESCO, Blanca Jiménez-Cisneros, Wakil Presiden Asian Development Bank Bambang Susantono, Presiden Korea Water Forum Jung Moo Lee, CEO K-Water Gyewoon Choi, dan perwakilan dari organisasi non pemerintah di bidang sumber daya air. (KompuSDA)

 

  • Superman

Share this Post