Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HATHI merupakan agenda rutin para ahli teknik hidraulik indonesia yang terhimpun dalam asosiasi profesi HATHI. Forum ini merupakan media komunikasi profesi dalam rangka meningkatkan kapasitas dan tanggung jawab keilmuan untuk menghadapi tantangan saat ini dan masa datang.

Pada PIT HATHI tahun 2015 mempunyai tema “Meningkatkan Ketahanan Air Nasional Dalam Menunjang Kedaulatan Pangan, Ketahanan Energi dan Pengembangan Kemaritiman”, karena dilatarbelakangi oleh kondisi dunia dalam menghadapi perubahan yang teramat cepat dan terkadang tak terduga, pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk akan meningkatkan kebutuhan akan air, pangan dan energi. Sementara itu perubahan iklim akan berdampak terhadap kesediaan air dan tekanan tehadap lingkungan berupa daya rusak air baik secara kualitas dan kuantitas. Untuk itu dibutuhkan peran serta dari para anggota HATHI dalam rangka melakukan penyelamatan ketersediaan sumber daya air

“Tema tersebut merupakan tantangan bagi kita semua sebagai insan HATHI dan juga merupakan program pemerintah yang diiringi dengan pengelolaan sumber daya air di Indonesia. HATHI selama 32 tahun selalu konsisten untuk terus mempertahankan eksistensinya. Dan sebagai organisasi profesi, HATHI diisi oleh sumber daya manusia yang professional yang harus mampu menghadapi berbagai permasalahan sumber daya air saat ini yang sangat kompleks karena selain harus menghadapi permasalahan pengelolaan sumber daya air, juga harus menghadapi pula permasalahan dari sisi ekonomi dan sosial,” kata MUdjiadi, Direktur Jenderal SDA dan juga selaku Ketua Umum HATHI, dalam acara Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HATHI ke-32 Tahun 2015, di Malang (061115).

Mudjiadi juga menghimbau agar insan HATHI baik HATHI Pusat maupun cabang HATHI di daerah dapat terus mengembangkan diri dan kemampuan serta memfokuskan diri pada permasalahan yg ada saat ini dan didukung oleh program kerja yang harus selaras dan seuai dengan program pemerintah agar dapat membantu pemerintah di berbagai sektor.

“Saat ini kita sedang dihadapkan pada permasalahan bencana asap akibat kebakaran lahan gambut. Melalui pertemuan ilmiah ini diharapkan agar memberikan kontribusi dan memberikan rekomendasi dalam melakukan upaya-upaya menghadapi permasalahan ini. Dan tidak lupa pula untuk terus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak terkait karena kedepannya permasalahan sumber daya air memerlukan penanganan yang multisektoral,” imbuh Mudjiadi.

Pertemuan ilmiah tahun ini diikuti oleh lebih dari 600 peserta  yg terdiri dari anggota, utusan  dari cabang HATHI di daerah, civitas akademika. dan diisi dengan diskusi yang dibagi menjadi 4 sub tema, pertama, inovasi teknik hidrolok untuk menunjang ketahanan air; kedua, optimasi teknologi kebutuhan pangan; ketiga, pengembangan teknologi berbasisi sda, dan keempat, penerapan teknologi dan infrastruktur kemaritiman.

Waduk Selorejo

Sebelum acara pembukaan PIT HATHI dimulai, pagi harinya peserta PIT HATHI melakukan kunjungan lapangan ke Waduk Selorejo. Waduk yang selesai bangun pada tahun 1970, berlokasi di Dusun Selorejo Desa Pandansari Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Waduk dengan tipe urugan tanah homogen, mempunyai volume waduk efektif sebesar 62.30 juta m3 dengan usia waduk 45 tahun dan bermanfaat untuk pengendalian banjir , irigasi seluas 5700 ha, pembangkit listrik sebesar 49 juta KWH pertahun dan pariwisata.

Di hulu Waduk Selorejo terdapat Sabo Dam Tokol yang berfungsi untuk mengangkat sedimen yang akan masuk ke Waduk Selorejo  dan di hilirnya terdapat kolam harian mendalan  atau kolam sekuli, PLTA Mendalan (23 mw), Sabo Dam Mendalan, PLTA Siman (9,6 mw) dan pondage Siman (untuk irigasi) yang dibangun pada zaman Belanda.

Seiring dengan selesainya waduk SElorejo di wilayah Brantas, digagasi pendirian suatu “badan usaha” yang memiliki tugas pokok mengelola sungai serta prasarana sumber daya air yang telah dibangun, sehingga pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai sector dapat tersedia secara akuntabel.

Adalah Perum Jasa Tirta I di wilayah sungai Brantas dan berkedudukan di Malang, yang mendukung pembangunan nasional dan penyesuaian lingkup tugas pengelolaan SDA, dan pada tahun 1999 diubah menjadi PJT I. saat ini PJT I selain mengelola Wilayah Sungai (WS) Brantas, juga mencakup WS Bengawan Solo, WS Asahan, WS Serayu-Bogowonto dan WS Jratunseluna.

  • Superman

Share this Post