BBWS Ciliwung Cisadane sedang membangun dua bendungan kering (dry dam) yakni Bendungan Sukamahi dan Ciawi di Kabupaten Bogor. Bendungan kering pertama di Indonesia ini merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir (flood control) Jakarta, yang fungsinya utuk menahan aliran permukaan yang berasal dari daerah hulu Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung, sehingga meskipun terjadi hujan lebat di daerah hulu, debit Sungai Ciliwung yang masuk ke Jakarta dapat ditahan dan dikendalikan. Ingin mengetahui secara langsung proses pengerjaannya, Presiden Jokowi pun meninjau ke lokasi pekerjaan kedua bendungan ini pada Jumat, 15 Desember 2017. Kunjungan Presiden Jokowi dan rombongan ini turut didampingi oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Kepala Pusat Bendungan Ni Made Sumiarsih.

 

Pembangunan Bendungan Sukamahi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1990-an, namun saat itu pembangunannya terkendala pembebasan lahan, dan kini mulai dikerjakan sebagai bagian dari pembangunan 65 bendungan prioritas. Lokasi Bendungan Sukamahi terletak di bagian Hulu Sungai Cisukabirus di Desa Sukamahi, Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Bendungan Sukamahi dibangun dengan tipe urugan random dengan tinggi 50 m, panjang 366,09 m, dan kapasitas tampung 1,68 juta m3 yang akan mereduksi banjir sebanyak 29 m3/det . Sementara Bendungan Ciawi juga dibangun dengan tipe urugan random dengan tinggi 51 m, panjang 487 m, dan kapasitas tampung 6,45 juta m3 yang akan mereduksi banjir sebanyak 160 m3/det. Kedua bendungan ini nantinya akan bermanfaat untuk pengendalian banjir sungai Ciliwung, konservasi sumber daya air, dan pengembangan pariwisata.

 

Jokowi menyebutkan bahwa pengendalian banjir di Jakarta tidak bisa dilakukan melalui upaya struktural saja, melainkan juga dengan kegiatan non struktural seperti kampanye penyadaran masyarakat, tata ruang, dan pembuatan berbagai sumur resapan di lingkungan rumah masing-masing. Pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi ini dijadwalkan selesai pada akhir 2019 yang nantinya akan mengurangi risiko banjir Jakarta secara keseluruhan hingga 30%. (dro/tin/arg KompuSDA) 

  • kompusda

Share this Post