Kementerian Pekerjaan Umum terus perkuat sistem perlindungan bencana di lereng Gunung Gamalama, Kota Ternate, dengan membangun infrastruktur pengendali sedimen. Pada tahun 2025, dua unit Sabo Dam tengah dikerjakan di Sungai Rua, yang dikenal rawan banjir bandang akibat erupsi gunung.

Langkah ini dilaksanakan Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara Direktorat Jenderal Sumber Daya Air sebagai tindak lanjut dari peristiwa banjir bandang pada 25 Agustus 2024 lalu, yang menyebabkan kerusakan infrastruktur dan korban jiwa.

Menurut Menteri PU Dody Hanggodo, proyek Sabo Dam menjadi krusial mengingat kondisi lereng Gunung Gamalama yang semakin terbuka dan curah hujan tinggi di Ternate. “Setiap kali hujan lebat, potensi longsoran dan aliran material dari gunung cukup besar. Karena itu, kita memerlukan beberapa Sabo Dam sebagai pengendali, penahan sedimen dan longsoran agar tidak terbawa ke hilir. Infrastruktur ini akan membantu mencegah banjir bandang sekaligus melindungi permukiman dan infrastruktur lain di bawahnya,” ujarnya saat meninjau lokasi pembangunan.

Pembangunan Sabo Dam di Sungai Rua direncanakan dalam tiga tahap. Pada 2025, dua titik yaitu Sabo Dam 1 dan Sabo Dam 2 sudah dikerjakan lengkap dengan tanggul batu di alur lama dan alur baru sungai. Satu titik lainnya atau Sabo Dam 3 dijadwalkan dimulai pada 2026. Saat ini, progres Sabo Dam 1 telah mencapai 34% dengan target rampung akhir 2025, meski pekerjaan sempat terkendala cuaca.

Sabo Dam Sungai Rua secara teknis dibangun secara berseries, tujuannya untuk memperlambat laju aliran debris, menahan material besar dari hulu, serta mengurangi potensi banjir lahar di kawasan hilir.

Kepala BWS Maluku Utara, M. Saleh Talib, menyampaikan bahwa sebagai upaya mitigasi bencana banjir bandang di Kota Ternate, pembangunan Sabo Dam  tidak berhenti di Sungai Rua saja. Ke depan, total 20 unit Sab Dam  akan dibangun secara bertahap di 11 sungai yang berhulu di Gunung Gamalama, di antaranya yakni Sungai Rua, Sungai Kastela, Sungai Taduma, Sungai Sasa, Sungai Monai, Sungai Batumerah, Sungai Maliaro, Sungai Marikurubu, Sungai Kulaba, Sungai Tabalolo, dan Sungai Haw Amadaha

Sebelumnya, pasca banjir bandang 2024, Kementerian PU telah melakukan penanganan darurat berupa normalisasi sungai dengan tingkat sedimentasi tinggi dan melakukan survei Detail Engineering Design (DED). Kajian tersebut menegaskan bahwa Sungai Rua termasuk salah satu titik paling berisiko, sehingga diprioritaskan untuk pembangunan Sabo Dam.


Selain berfungsi menahan sedimen, infrastruktur ini juga diharapkan memberi manfaat tambahan seperti menjaga kualitas lingkungan, mencegah erosi, melindungi daerah hilir, serta mendukung kebutuhan masyarakat sebagai jalur akses, irigasi, hingga sumber air baku.

  • Kompu SDA

Bagikan Postingan Ini