
Kamis (12/06) Direktur Jenderal Sumber Daya Air Lilik Retno Cahyadiningsih memberikan keynote speech di salah satu rangkaian acara International Conference on Infrastructure (ICI 2025) dalam sesi panel tematik yang mengangkat tema 'Securing Water and Sanitation Infrastructure for Public Health and Resilience'.
Dalam paparannya, Dirjen Lilik menyampaikan tentang kondisi sumber daya air perkotaan dan strategi peningkatan pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Selain itu juga disampaikan terkait irigasi, sebagai salah satu infrastruktur yang saat ini menjadi fokus dari Kementerian Pekerjaan Umum sebagai respon dari arahan Presiden untuk mendukung mencapai swasembada pangan.
Dijelaskan bahwa saat ini tantangan dalam pengelolaan sumber daya air di perkotaan semakin meningkat akibat dari pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang pesat, sehingga terjadi perluasan area permukiman yang akhirnya menjadi zona rawan banjir. Banjir perkotaan juga diperparah akibat degradasi daerah aliran sungai yang menyebabkan sedimentasi di sungai-sungai yang melintasi kota. Namun pada musim kemarau, beberapa daerah mengalami kekeringan. Tantangan lainnya adalah terbatasnya akses terhadap layanan air minum perpipaan menyebabkan peningkatan pengambilan air tanah yang memicu penurunan muka tanah. Penyediaan air baku adalah dasar penyediaan air minum aman bagi penduduk. Dimana air baku diproses menjadi air bersih oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya yang kemudian didistribusikan ke permukiman oleh PDAM. Oleh karena itu Dirjen Lilik menekankan, “Koordinasi lintas sektor sangat penting untuk memastikan pasokan air yang andal dan ketahanan perkotaan.”
Saat ini upaya yang dilakukan oleh Ditjen SDA mencakup ke dalam tiga tantangan utama di perkotaan yang mencakup pengendalian pengambilan air tanah guna mencegah penurunan muka tanah; pengendalian banjir meliputi pengelolaan air permukaan dan sistem perlindungan banjir, dan pertahanan pantai untuk menghadapi abrasi dan kenaikan muka laut.
Hingga tahun 2024, Ditjen SDA telah melakukan pembangunan infrastruktur sumber daya air diantaranya pembangunan bendungan, embung, irigasi baru, rehabilitasi irigasi, penyediaan air baku, penanganan banjir dan perlindungan pantai, serta penanganan sedimen dan lahar. Namun tantangan masih ada dalam pendanaan operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang ada.
Hal lain yang disampaikan yaitu perihal peningkatan strategi dalam pengelolaan sumber daya air terpadu, meliputi: pengelolaan terpadu, deregulasi, pembiayaan kreatif serta pencapaian target visi Kementerian PU. Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, dapat dirangkum fokus Ditjen SDA dalam hal pengelolaan sumber daya air yang terintegrasi dan berkelanjutan mencakup konservasi, pemanfaatan dan mitigasi bencana air. Dalam hal ini melibatkan berbagai pihak, diantaranya regulator sebagai pembuat kebijakan, operator terdiri dari instansi pelaksana dan BUMN, developer yaitu Pemda dan swasta, serta user seperti masyarakat, petani, industri, dsb.
Kementerian Pekerjaan Umum secara umum memiliki agenda transformatif tahun 2025-2029 untuk membangun infrastruktur yang andal, inklusif dan berkelanjutan. Dalam hal ini difokuskan pada intensifikasi irigasi, modernisasi sistem irigasi dan ekstensifikasi lahan produktif baru. Ditekankan juga, infrastruktur sumber daya air dapat dibiayai melalui skema kerja sama pemerintah dengan swasta (Public-Private Partnership/ PPP).
Dirjen Lilik berkeyakinan infrastruktur yang handal dan berkelanjutan dapat dicapai dengan kerjasama seluruh pihak, “I believe that through collaboration, knowledge sharing, and mutual support, we can build a more resilient and sustainable future for all,” pangkasnya. (KompuSDA-HNA)
- Kompu SDA