Indonesia menyimpan banyak potensi berharga, satu diantaranya adalah potensi lahan pertanian khususnya persawahan di Sulawesi Tenggara. Potensi berharga tersebut apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik bisa menjadi salah satu penyangga ketersediaan stok pangan nasional atau yang dikenal dengan swasembada pangan.

 

Untuk mewujudkannya, satu per satu sarana dan prasarana dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), salah satunya adalah Bendungan Ladongi. Bendungan yang berlokasi di Kabupaten Kolaka Timur tersebut akan menjadi bendungan pertama di Sulawesi Tenggara.

 

Kabupaten Kolaka Timur yang terbentuk pada tahun 2013 merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Kolaka, jaraknya kurang lebih 120 kilometer di sebelah barat ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari. Jika ditinjau dari letak infrastruktur dan geografisnya, Kabupaten Kolaka Timur mempunyai luas Daerah Irigasi (DI) yang cukup luas dan potensi air di Sungai Ladongi yang cukup baik untuk mendukung pertanian.

 

Pada bulan September 2019 kemarin, progres pembangunan bendungan yang dilaksanakan oleh BWS Sulawesi IV Kendari tersebut sudah mencapai 76%. Untuk melanjutkan pembangunan tubuh bendungan, maka aliran Sungai Ladongi perlu dialihkan terlebih dahulu. Acara Pengelakan Aliran Sungai (River Diversion) pun diselenggarakan pada 27 September 2019 yang bertempat di lokasi pembangunan Bendungan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur. Hadir dalam acara tersebut Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Hari Suprayogi yang turut didampingi Kepala BWS Sulawesi IV Kendari Haeruddin C. Maddi, dan Bupati Kolaka Timur Tony Herbiansyah, juga segenap perencana dan pelaksana pembangunan Bendungan Ladongi.

 

Dalam sambutannya, Dirjen SDA menyampaikan bahwa konsep “Ohana” harus tetap dipegang bersama. “Tak boleh ada yang tertinggal dan terlupakan. Saling menjaga kekompakan, berkolaborasi, dan bergerak bersama demi terwujudnya bendungan pertama di Sulawesi Tenggara ini. Semua harus merangkul layaknya keluarga,” tutur Hari Suprayogi.

 

Ia menambahkan bahwa Bendungan Ladongi nantinya dapat menampung air sebanyak 45 juta meter kubik yang akan mengairi daerah irigasi existing seluas 2212 hektar dan daerah irigasi pengembangan seluas 1392 hektar. Selain itu, Bendungan Ladongi juga akan memasok air baku sebesar 0,12 meter kubik per detik untuk Kecamatan Ladongi dan Kecamatan Tirawuta, juga untuk pengendalian banjir, PLTMH sebesar 1365 KWH, dan objek pariwisata di Kabupaten Kolaka Timur.

 

Gubernur Sulawesi Kendari Ali Mazi turut menyampaikan ungkapan terima kasihnya ke Kementerian PUPR khususnya Ditjen SDA melalui BWS Sulawesi IV Kendari yang akhirnya bisa memenuhi impian warga Sulawesi Tenggara, terkhusus Ladongi dan sekitarnya untuk memiliki bendungan di tanah tempat tinggal mereka.

 

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BWS Sulawesi IV Kendari Haeruddin C. Maddi menjelaskan bahwa bendungan tersebut merupakan salah satu upaya Ditjen SDA untuk menyiapkan Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi swasembada pangan di Indonesia. “Selain Ladongi, kami sedang mempersiapkan pembangunan dua bendungan lainnya yaitu Bendungan Ameroro dan Pelosika. Semoga segera bisa menyusul Ladongi,” ungkapnya semangat. Semangat tersebut pun turut dilanjutkan oleh para perencana dan pelaksana untuk pembangunan Bendungan Ladongi yang siap mempercepat penyelesaiannya yaitu sebelum bulan Oktober 2020. Kini, Ladongi siap menghidupkan mimpi-mimpi para petani di daerah ini agar lebih semangat meningkatkan hasil produksi tani. (sandro kompusda)

 

  • kompusda

Share this Post