Saat ini masih banyak tantangan yang harus kita hadapi dalam pengelolaan sumber daya air, diantaranya kelangkaan kelangkaan air bersih yang sudah berdampak pada 1,9 milyar orang di seluruh dunia, dimana pertumbuhan penduduk sangat cepat dan kebutuhan akan air bertambah sepertiganya pada tahun 2050.

 

“Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal SDA berupaya melakukan peningkatan penyediaan air baku yang diiringi dengan pengendalian dalam pemanfaatan air tanah untuk menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air bersih diprioritaskan pada pemenuhan pokok rumah tangga, kehidupan sehari hari masyarakat, dan jebutuhan sosial ekonomi produktif seperti irigasi, listrik, terutama di wilayah defisit air, wilayah tertinggal dan wilayah strategis,” jelas Direktur Jenderal SDA, Imam Santoso, mewakili Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dalam acara puncak peringatan Hari Air Dunia ke-26 Tahun 2018, di Rawa Pening, Semarang,Jawa Tengah (070418).

 

Lanjut Imam Santoso, pemecahan masalah terkait air tidak dapat diselesaikan hanya melalui pembangunan infrastruktur oleh pemerintah, seperti pembangunan bendungan, waduk ataupun instalasi pengelolaan air limbah, tetapi perlu adanya partisipasi langsung dari masyarakat, akademisi dan swasta untuk ikut menjaga dan melestarikan alam sehingga segala permasalahan air yang ada dapat dikendalikan atau paling tidak dapat diminimalisir.

 

Menurut Imam untuk menyikapi itu semua kita harus melakukan berbagai macam aksi nyata bersama dengan seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat dengan mengikutsertakan akademisi, perguruan tinggi, pemerintah daerah, pemerintah kabupaten/kota dan komunitas peduli sungai/danau. Bentuk aksi dapat berupa aksi bersih sungai/danau, susur sungai, penanaman pohon, pembuatan lubang biopori dan pembersihan sampah.

 

“Seperti yang saat ini kita saksikan bahwa Danau Rawa Pening adalah salah satu dari 15 danau yang akan kita revitalisasi dan sudah kita lakukan juga beberapa pekerjaan disini salah satunya adalah mengirim 6 buah perahu untuk membersihkan rawa pening dari eceng gondok dan menambah jumlah alat pemotong eceng gondok atau harvester. Sudah ada 9 alat yang beroperasi setiap hari, dan tahun ini kami tambah 4 lagi totalnya 13. Dan memang ketika saya dan rombongan bertolak dari Dermaga Sumurup, kami sempat terhambat oleh eceng gondok ketika akan keluar dari dari tengah danau. Ini sebagai pembelajaran bagi kita semua untuk mengatasi eceng gondok yang sangat lebat dan akarnya sudah sampai ke dasar danau. Selain itu momentum ini juga sebagai peringatan bagi pemerintah untuk lebih serius lagi dalam menangani persoalan sedimentasi dan eceng gondok di Danau Rawa Pening, “ kata Imam Santoso.

 

Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas PU Jawa Tengah, Prasetyo Budi Yuwono mewakili Plt. Gubernur Jawa Tengah, mengatakan dengan peringatan Hari Air Dunia di Danau Rawa Pening, dapat menyadarkan kita akan pentingnya peran Danau Rawa Pening bagi masyarakat. “Danau Rawa Pening kami harapkan dapat menjadi tempat yang layak sebagai sumber air bersih dan dapat dimanfaatkan untuk penunjang kebutuhan kehidupan. Untuk diketahui Danau Rawa Pening merupakan danau alam yang terletak di Kabupaten Semarang dan berdasarkan hasil identifikasi luas badan danau oleh fasilitas citra satelit, diidentifikasi terjadi penyusutan badan danau dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, dimana luasannya berkurang dari yang semula 2670 ha menjadi 1800 ha. Faktor-faktor yang menjadi penyebabnya adalah degradasi lingkungan dan terjadinya perubahan tata guna lahan pada hulu, daerah tangkapan air dan badan danau itu sendiri,” ungkap Prasetyo.

 

Lanjut Prasetyo Budi Yuwono, padahal danau ini menyimpan banyak potensi untuk air bersih sekitar 250 liter/detik yang sekarang sedang dimanfaatkan dan juga untuk irigasi hampir 20 ribu ha, pembangkit energi seperti hidro power dan pariwisata, serta pengendalian banjir.

 

“Untuk itu kita harus bersinergi dalam menyelamatkan danau ini baik dengan pemerintah pusat maupun masyarakat sehingga sumber air ini dapat menjaga ketersediaan air kita dan memberikan manfaat bagi kita semua dalam jangka waktu yang lama,” imbuh Prasetyo Budi Yuwono.

 

Direktur Jenderal SDA, Imam Santoso berharap agar aksi nyata yang sudah kita lakukan untuk penyelamatan sumber -sumber air dapat menumbuhkan pemahamab dan kesadaran dari masyarakat bahwa mereka tidak hanya memiliki hak sebagai pengguna air tapi juga memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk berkontribusi dalam memelihara alam dan lingkungan sehingga permasalahn menyangkut air dapat dipecahkan bersama melalui solusi yang efektif dan tepat sasaran.

 

Acara peringatan Puncak Hari Air Dunia Tahun 2018 di Danau Rawa Pening dihadiri oleh seluruh jajaran pejabat dan pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal SDA, seniman Slamet Rahardjo, semua komunitas peduli air di berbagai daerah.

 

Dalam acara ini pula dilakukan pemberian penghargaan oleh Direktur Jenderal SDA bagi komunitas terbaik dalam acara Focus Group Discussion Pembinaan Kemitraan (Pemerintah, Komunitas Peduli Sungai, Komunitas Sanimas, Komunitas 3R dan Duta Sanitasi) dalam Upaya Percepatan, Perlindungan dan Ootimalisasi Fungsi Sungai, Danau, Embung dan Waduk dan Sumber Air Lainnya, 6 April 2018 di Universitas Diponegoro Tembalang yaitu BWS Sulawesi I, BBWS Pemali Juana, BWS Kalimantan II, BWS Papua dan BWS Bali Penida

 

Sesuai dengan tema Hari Air Dunia ke-XXVI Tahun 2018, Nature for Water (Lestarikan Alam untuk Air), Direktur Jenderal Sumber Daya Air berpesan agar semua pihak peduli dalam melestarikan alam beserta lingkungan guna lestarinya air di bumi nusantara yang kita cintai.

 

Acara ini turut dihadiri oleh para pejabat tinggi madya, pejabat tinggi pratama, Kepala BBWS/BWS dan administrator di lingkungan Kementerian PUPR, Slamet Rahardjo, seniman dan aktor Indonesia, Pemerintah Daerah Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten/Kota Semarang (tin kompuSDA)

  • kompusda

Share this Post