Mengatasi Kelangkaan Air di Indonesia
Indonesia berpotensi mengalami kekeringan dan kelangkaan air apabila manajemen ketersediaan air tidak dikelola dengan tepat. Hal ini bisa berpengaruh terhadap ketahanan air, pangan dan energi. Pernyataan itu disampaikan oleh Waluyo Hatmoko saat orasi pengukuhan Profesor Riset Bidang Tata Kelola Sumber Daya Air yang berjudul “Upaya dan Strategi Mengatasi Kekeringan dan Kelangkaan Air di Indonesia†di gedung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada Kamis, 21 April 2016.
“Jumlah ketersediaan air permukaan di Indonesia adalah 3.960 miliar meter kubik per tahun namun Pulau Jawa hanya memiliki air permukaan sebesar empat persen. Dengan jumlah penduduk Pulau Jawa yang mencapai 60 persen dari total penduduk Indonesia, maka Pulau Jawa berpotensi mengalami kelangkaan air,†ujar Waluyo. Ia juga menambahkan bahwa kelangkaan dan kekeringan adalah dua hal yang berbeda. Kalau kekeringan air terjadi karena alam yang disebabkan oleh iklim. Sehingga manusia tidak dapat mencegah atau mengubahnya namun hanya dapat mempersiapkan mitigasinya. Sementara kelangkaan air, terjadi karena ulah manusia yang memakai air terlalu berlebihan, tidak melestarikan hutan, dan tidak mengelola air dengan baik. Meski begitu, kelangkaan air dapat diatasi dengan manajemen ketersediaan air dan kebutuhan air.
Waluyo menjelaskan bahwa manajemen ketersediaan air prinsipnya menambah jumlah air yang tersedia untuk mencapai pemenuhan kebutuhan air. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan konsep permanenan air yang bertujuan untuk mengatasi kelangkaan air saat musim kemarau. Konsep permanenan air adalah konsep menyimpan air yang berlebih pada musim hujan untuk digunakan pada musim kemarau. Konsep ini bisa diterapkan pada daerah banjir, sawah tadah hujan, tampungan makro-mikro dan atap permukiman.
Menurut Waluyo, rencana pembangunan 65 bendungan di Indonesia juga merupakan penerapan konsep permanenan air. Jumlah kebutuhan air nasional sebenarnya tidak terlalu besar hanya 301 miliar kubik per tahun atau hanya delapan persen dari seluruh air yang tersedia. Dari jumlah tersebut, kebutuhan air irigasi mencapai 90 persen dari seluruh kebutuhan air, sedangkan kebutuhan air untuk rumah tangga, perkotaan dan industri hanya empat persen. (dro/KompuSDA)
- Superman