Jakarta - Tim Tanggap Darurat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dipimpin langsung Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, bertolak ke Banda Aceh tadi malam.
Basuki bersama tim akan melihat langsung ke lapangan guna mengidentifikasi kerusakan pasca gempa bumi di 3 Kabupaten di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, yakni Pidie, Pidie Jaya, dan Bireuen.
Setelah identifikasi dilakukan, maka dilanjutkan dengan penanganan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai kebutuhan masyarakat yang jadi korban bencana.
Basuki menyatakan, dalam kondisi darurat yang paling penting adalah ketersediaan prasarana dan sarana air bersih dan sanitasi untuk keperluan sehari-hari bagi para korban dan pengungsi.
"Kami sangat concern dengan air bersih terutama di tempat-tempat pengungsian. Kita akan manfaatkan instalasi pengolahan air minum (IPA) terdekat untuk mensuplai air bersih, khususnya ke posko pengungsian," jelas Basuki dalam keterangan tertulis, Kamis (8/12/2016).
Basuki menambahkan, saat ini dari 3 IPA terdekat yang tersedia, 1 IPA tetap berfungsi baik karena mengandalkan sistem gravitasi, tetapi 2 IPA lainnya tidak dapat berfungsi karena gangguan listrik.
Untuk memastikan jalur logistik berjalan lancar, termasuk makanan dan obat-obatan, Kementerian PUPR melalui Satgas Penanggulangan Bencana telah mengirimkan sejumlah peralatan berat.
Bantuan alat berat dimanfaatkan untuk membantu evakuasi terhadap korban bencana. Sejak kemarin sudah dikerahkan di Kabupaten Pidie Jaya berupa 2 ekskavator dan 1 W Loader yang diturunkan dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional I Aceh .
Sedangkan bantuan peralatan yang sudah berada di lokasi pengungsian berupa 4 unit Mobil Tangki Air kapasitas tangki masing-masing 6.000 liter.
Sementara untuk mengantisipasi kekurangan sarana, saat ini sedang dalam perjalanan dari Depo Regional Medan adalah 5 unit Mobil Tangki Air kapasitas 4.000 liter, 70 unit Hidran Umum 2.000 liter, 30 unit Hidran Umum 1.000 liter dan MCK knockdown sebanyak 80 unit.
Bencana gempa ini terjadi pada Hari Rabu 7 Desember 2016 pukul 05.03 WIB dan merupakan gempa tektonik berkekuatan 6,5 SR dengan lokasi gempa berpusat di 18 km Timur Laut Kabupaten Pidie Jaya Aceh di kedalaman 10 km.
Dari hasil pengecekan awal di lapangan, dilaporkan beberapa infrastruktur mengalami kerusakan di antaranya retak memanjang pada badan jalan Sta. 142+300 (Pante Raja) sepanjang 200 m dengan lebar 20 cm dan kedalaman 1,2 m, bahu jalan retak pada Sta 125 + 000 (Lueng Putu/Pidie Jaya), bahu jalan amblas sepanjang 300 m di Sta 129 + 000 arah Banda Aceh – Medan, dan kerusakan pada oprit jembatan.
"Kita juga sedang melakukan identifikasi kerusakan bangunan publik (antara lain sekolah, masjid, puskesmas) dan bangunan milik warga, agar nanti bisa dilakukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi secepatnya," kata Basuki.
Sementara itu, khusus untuk kondisi Bendungan Rajui yang berada di Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie dilaporkan secara keseluruhan dalam kondisi aman.
Bendungan yang berbentuk urugan homogen dengan tinggi bendungan 41,20 m dan luas genangan 33,60 Ha ini bermanfaat untuk meningkatkan penyediaan air baku, meningkatkan produksi pertanian, mendukung program ketahanan pangan, mengembangkan perikanan darat dan menciptakan lapangan kerja di Kawasan Padang Tiji, Kabupaten Pidie.
Dalam inspeksi ke lokasi bencana tersebut, Basuki didampingi oleh Kepala Balitbang Danis Sumadilaga, Direktur Pembangunan Jalan Gani A. Ghazali, Kepala Biro Komunikasi Publik Endra Atmawidjaja, Kepala BPJN Aceh Fathur Rachman, Kepala BWS Aceh Maksal dan Satker-Satker Cipta Karya. (ang/hns)
- kurdi