Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan pihaknya akan melakukan analisa dua hal dalam penanganan bencana banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Jayapura pada tanggal 16 Maret lalu. Analisa dilakukan sebagai bentuk mitigasi bencana alam ke depannya.
"Kami akan menganalisa karena selain perumahan ini (yang terkena dampak) di hilir masih ada pemukiman padat dan kami harus mengamankan itu. Terutama membuat bangunan yang akan mengarahkan kembali air ke sungai aslinya. Kedua material masih terbawa maka kita akan buat sabo dam seperti di Merapi agar material bisa tertahan supaya tidak membahayakan," ujarnya saat meninjau lokasi bencana di Kampung Doyo Baru, Kabupaten Jayapura, Papua (31/3).
Basuki menuturkan kerusakan yang timbul akibat bencana banjir bandang di Sentani ini telah membawa banyak material batu dan pasir dari Pegunungan Cycloops. Banjir di Sentani sesungguhnya terjadi setiap 5-6 tahun sekali, namun tahun 2019 ini merupakan yang terparah hingga aliran sungai meluap. Hal ini dipicu juga oleh perubahan landscape, wilayah yang dahulunya perbukitan tersebut telah beralih fungsi menjadi permukiman. Sehingga saat curah hujan tinggi, sungai tidak bisa tertampung di aliran sungai seperti di Dobokurung, Doyo Baru, Kemiri dan Sungai Bello.
Kementerian PUPR juga akan berkoordinasi bersama Pemerintah Daerah setempat untuk mengusulkan relokasi tempat tinggal dengan meninjau dari segi tata ruang karena menganggap lokasi yang ada sekarang tidak aman lagi mengingat belum ada penahan aliran sungai pasca terjadinya bencana.
Sementara itu Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) yang dikomandani oleh Kepala BWS Yulianus M. Mambrasar memulai tanggap darurat dengan pengecekan langsung di lokasi terdampak bencana banjir. Beberapa di antaranya yaitu Desa Doyo Baru, Sungai Abheale dan Batalyon 751.
Bersama BPBD Prov. Papua bersama TNI – Polri dan dibantu dengan BASARNAS, SKPD, Relawan berserta Warga melakukan Evakuasi ke tempat yang lebih aman dan personil beserta sarana prasarana yan dimiliki oleh Balai Wilayah Sungai Papua telah dikirim ke lokasi bencana untuk melaksanakan penerukan dan pembersihan pasca banjir.
Alat berat berupa Excavator 5 unit dan 1 unit Dump Truck untuk membersihkan jalan dari lumpur dan material banjir lainnya segera diturunkan. BWS Papua juga melakukan normalisasi hulu Sungai Abheale untuk mengembalikan dan melancarkan aliran sungai tersebut, termasuk normalisasi sungai yang melintas di Batalyon 751.
Selain itu, BWS Papua juga menyediakan air bersih untuk para korban banjir dengan membangun 5 intake di darat dan 1 intake di pulau.
"Sebelum ada intake, mengisi 1 tangki air membutuhkan 20-30 menit untuk 1.100 liter. Begitu kita buat intake, 4 menit, 1 tangki penuh," jelas Mambrasar di Papua.
Mambrasar menambahkan bahwa penyediaan air tidak boleh berhenti, karena air merupakan kebutuhan utama. BWS Papua akan selalu siap siaga walaupun masa tanggap darurat telah berakhir pada Jumat (29/3) dan tengah beralih ke masa pemulihan. (kety/dnd-kompusda)
- kompusda